[POPULER NASIONAL] DPR Minta TNI Evaluasi Penugasan Pasukan Elite Jadi Ajudan | Istri Hakim Terdakwa Kasus Suap Ronald Tannur Nangis LIhat Saldo ATM

[POPULER NASIONAL] DPR Minta TNI Evaluasi Penugasan Pasukan Elite Jadi Ajudan | Istri Hakim Terdakwa Kasus Suap Ronald Tannur Nangis LIhat Saldo ATM

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penembakan bos rental mobil oleh prajurit TNI Angkatan Laut (AL) di rest area Kilometer (KM) 45 Tol Tangerang-Merak, masih terus bergulir.

Panglima Komando Armada TNI Angkatan Laut (AL) Laksamana Madya (Laksdya) Denih Hendrata dalam konferensi pers tanggal 6 Januari 2025, mengungkapkan bahwa tiga anggota TNI terlibat dalam insiden penembakan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa dua di antaranya merupakan oknum anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska). Sedangkan satu orang berasal dari KRI Bontang.

Ketiga anggota TNI AL tersebut berinisial Sertu AA, Sertu RH, dan KLK BA.

Kemudian, menurut Denih, senjata api yang dipakai bukan rakitan. Melainkan, senjata yang melekat atau dibawa oknum prajurit TNI AL tersebut karena berstatus sebagai Aide de Camp (ADC) alias ajudan.

"Senjata itu senjata inventaris yang melekat karena jabatan dari A itu adalah ADC, ajudan, sehingga ketika dia dapat tugas itu sudah SOP senjata itu melekat," kata Denih dalam konferensi pers di Markas Koarmada RI, Jakarta Pusat.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini menilai kebijakan yang mengatur penugasan prajurit dari pasukan elite TNI sebagai ajudan atau pengawal perlu dievaluasi.

Langkah tersebut diperlukan karena penugasan prajurit pasukan elite sebagai ajudan sangat berisiko jika tidak dibarengi dengan pengawasan yang baik terhadap tugas dan aktivitas mereka.

“Kami juga menyarankan evaluasi terhadap kebijakan penugasan pasukan elite sebagai ajudan, karena tugas ini memiliki risiko tinggi jika tidak diawasi dengan baik,” ujar Amelia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/1/2025).

Tak hanya pengawasan, Amelia juga mendorong TNI untuk meningkatkan pembinaan moral dan mental prajurit agar tidak melakukan pelanggaran.

“Sebagai organisasi besar dan berpengalaman, TNI sudah memiliki mekanisme pengawasan terhadap personelnya. Namun, untuk mencegah kejadian serupa, diperlukan penguatan monitoring serta pembinaan moral dan mental prajurit secara konsisten,” katanya.

Politikus Partai Nasdem ini juga meminta TNI mengevaluasi kebijakan pengawasan penggunaan senjata api oleh prajurit dan memperketat penerapannya.

Apalagi, pelaku penembakan dalam kasus tersebut disebut diizinkan membawa senjata api ke mana pun karena berstatus sebagai Aide de Camp (ADC) alias ajudan.

“Walaupun TNI sudah memiliki SOP yang jelas, pengawasan terhadap implementasi SOP ini harus lebih diperketat. Kasus ini mengingatkan kita bahwa prosedur yang ada harus dijalankan dengan disiplin tinggi untuk mencegah penyalahgunaan senjata,” ujar Amelia.

Berita selengkapnya bisa dibaca di sini.

Berita populer selanjutnya datang dari sidang lanjutan kasus dugaan suap terkait vonis bebas pelaku pembunuhan Gregorius Ronald Tannur di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Selasa, 7 Januari 2025.

Istri salah satu terdakwa Mangapul yang merupakan Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Marta Panggabean, menangis saat menceritakan saldo di ATM-nya yang nol rupiah alias kosong.

Peristiwa ini terjadi ketika Marta, yang dihadirkan sebagai saksi dugaan korupsi suaminya, menjawab sejumlah pertanyaan tim kuasa hukum di ruang sidang.

Kepada pengacara, Marta menjelaskan bahwa suaminya menerima gaji Rp 28 juta per bulan dari Mahkamah Agung (MA) sebelum akhirnya dihentikan karena menjadi tersangka suap.

"Sekarang masih dapat gaji (dari MA) enggak, saudara saksi?" tanya pengacara dalam sidang.

"Tidak ada lagi. Sejak Desember tidak pernah lagi dapat gaji sampai sekarang," jawab Marta.

Marta mengaku sedih karena saat ini ketiga anaknya masih menempuh studi di perguruan tinggi. Terlebih lagi, anaknya yang bungsu kuliah di kampus swasta.

Setelah itu, Marta menceritakan bagaimana dia memeriksa saldo ATM, tetapi berujung sia-sia.

"Saya dua kali datang ke ATM, selalu ‘saldo Anda nol, saldo Anda nol’, sedih sekali itu saya, Pak," ujar Marta sembari menangis.

Marta mengaku sangat sedih dan marah karena kondisi sulit itu terjadi gara-gara suaminya terlibat suap vonis bebas Ronald Tannur.

Namun, di sisi lain, dia juga merasa kasihan melihat suaminya terjerat perkara rasuah.

"Saya sampai marah sama Bapak, gara-gara kau jadi begini, gitu saya bilang. Tapi dalam hati kecil saya kasihan, kok bisa begini, kami alami kenapa begini, Tuhan. Saya pikir begitu juga, Pak," kata Marta.

Berita selengkapnya bisa dibaca di sini.

Sumber