Prabowo, Nusantara dan Pesantren
Oktober 2024 sungguh istimewa. Banyak peristiwa politik dan perayaan nasional yang in line dan related dengan derap perjalanan bangsa kita ke depan. Di mulai dengan pelantikan DPR/MPR masa jabatan 2024-2029 pada tanggal 1 Oktober 2024. Dilanjutkan dengan perayaan HUT TNI ke-79 pada tanggal 5 Oktober 2024 yang sangat spektakuler.
Lalu tanggal 20 Oktober dilaksanakan pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI ke-8. Kemudian 22 Oktober 2024 kita merayakan Hari Santri Nasional dan ditutup pada tanggal 28 Oktober dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Semua rangkaian peristiwa, perayaan dan peringatan tersebut membangkitkan optimisme terhadap masa depan nusantara.
Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI ke-8 menjadi peristiwa penting dalam kepemimpinan nasional di mana salah satu putra terbaik bangsa mendapatkan mandat dari rakyat Indonesia untuk meneruskan estafet kepemimpinan para Presiden RI terdahulu. Tidak berlebihan jika kita menyematkan kepada Prabowo predikat Presiden paling fenomenal.
Fenomenal karena keberanian dan persistensinya terhadap perjuangan untuk mencapai cita-cita yang sudah ditancapkannya sejak 20 tahun lalu saat mengikuti konvensi Capres Golkar pada tahun 2004. Terhitung sejak saat itu Prabowo telah maju sebagai calon wakil presiden pada tahun 2009, dan sebagai calon presiden pada tahun 2014, 2019, hingga akhirnya pada tahun 2024 perjuangan tersebut mencapai titik kulminasi.
Keberanian dan persistensi Prabowo untuk mewujudkan cita-citanya itu rasanya tidak mungkin terjadi, apabila tidak didorong oleh sebuah mimpi besar untuk nusantara. Hanya individu yang memiliki purpose dan mampu menghadirkan meaning yang dapat bertahan dari terpaan kesengsaraan dan penantian panjang, demikian Viktor Frankl berpetuah.
Prabowo adalah salah satu tokoh nasional yang sering menggunakan kata Nusantara dalam diskursus kebangsaan selama beberapa dasawarsa. Dalam perspektif Prabowo, ada beberapa persoalan fundamental nusantara yang harus ditangani secara lebih baik agar nusantara dapat berdiri tegak di antara negara-bangsa di dunia.
Pertama adalah persoalan pengelolaan kekayaan negeri. Bagaimana hingga saat ini, kekayaan negeri masih banyak mengalir ke luar negeri membuat Prabowo geram. Ia mengistilahkan fenomena tersebut sebagai Net Outflow of National Wealth. Uang sebagai kekayaan bagi bangsa diumpakannya seperti darah bagi tubuh. Selama darah masih banyak keluar dari tubuh, maka selama itu pula kita sebagai bangsa tidak akan berdaya. Kekayaan negeri ini harus dinikmati oleh bangsa sendiri.
Permasalahan kekayaan bangsa yang banyak mengalir keluar merupakan permasalahan sistemik yang mengakibatkan terhambatnya perputaran ekonomi kita yang diperkirakan sudah terjadi sejak masa kolonialisme Belanda, dan ditaksir memberikan dampak kerugian bagi pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Salah satu strategi yang menurut Prabowo akan mampu menghentikan pendarahan tersebut ialah dengan mendorong secara masif komoditas produksi dalam negeri yang akan menguatkan produktivitas bangsa.
Ini berarti Presiden RI ke-8, dalam perspektif resource-based view, menekankan pentingnya optimalisasi sumber daya sebagai kekuatan kompetitif internal bangsa. Barang untuk keperluan pasar Indonesia, harus dihasilkan oleh rakyat Indonesia, di Indonesia, dan dengan bahan-bahan yang juga bersumber dari Indonesia. Secara gamblang, dalam Strategi Transformasi Bangsa (2023), Prabowo menyatakan untuk mencapai Indonesia Emas 2045 adalah melalui implementasi Ekonomi Pancasila yang menjunjung tinggi kemanusiaan, berpihak kepada kepentingan nasional, egaliter dan kerakyatan, berkeadilan sosial serta religius dan mewujudkan persatuan nasional.
Prabowo juga menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk urun tangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana konstitusi mengamanatkan hal tersebut kepada negara. Dalam konteks ini, penulis mencatat bahwa Prabowo menekankan -khususnya bagi kaum terdidik- untuk lebih berani melakukan terobosan dalam pengabdian memimpin masyarakat dengan memanfaatkan keilmuan yang dimiliki mereka, karena menurutnya, kita sebagai bangsa memiliki the best and the brightest brains of the country. Artinya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul adalah kekuatan yang perlu untuk dioptimalkan sebagai akselerator pembangunan nusantara.
Semangat tersebut kemudian, dalam hemat penulis, integral dengan pokok persoalan kedua bagi Prabowo dalam memandang nusantara; keberagaman (multikulturalisme) nusantara. Prabowo merupakan figur yang sangat fokus pada diskursus tentang persatuan. Sebab menurutnya, persatuan dan kegotong-royongan adalah syarat kunci untuk menjadikan nusantara lebih maju dan sejahtera.
Persatuan ini pula yang meyakinkan Prabowo untuk mewujudkan mimpi besarnya membangun nusantara, yakni menjadikannya sebagai rumah aman bersama yang melindungi segenap tumpah darah bangsanya. Spirit itulah yang kemudian disarikan oleh Prabowo dalam nilai satyagraha sebagai pedoman perjuangannya. Satyagraha di sini memiliki arti perjuangan tanpa henti yang berlandaskan pada kebenaran, perjuangan yang merangkul, dan mempersatukan semua.
Nilai satyagraha yang Prabowo gali dari warisan pemikiran dan budi pekerti Mahatma Ghandi itu mengisyaratkan kebertautan nilai keseimbangan multikulturalisme dalam konteks nusantara yang sedang berupaya mendesain keberlanjutan pembangunan nasional agar terciptanya keadilan sosial dalam bentuk kepastian akses yang setara bagi warga negara terhadap pendidikan, pekerjaan, dan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Sebuah visi luhur kepemimpinan yang menurutnya mendesak untuk diejawantahkan. Irisan tebal antara satyagraha dan multikulturalisme dalam konteks keadilan sosial adalah hal yang dapat mendorong terciptanya kebijakan inklusif yang menghargai kontribusi semua kelompok etnis.
Rujukan nilai yang jelas tersebut sekiranya dijadikan sebagai nilai yang mampu mengorkestrasi keberagaman dan kekayaan nusantara sebagai negara yang berdiri atas persamaan dan kesepakatan suku dan bangsa-bangsa. Kokohnya nusantara sebagai sebuah gagasan dan gerakan, mencerminkan semangat kebersamaan yang melintasi ruang dan waktu. Nusantara secara termin merupakan kesatuan antar pulau, dengan bermacam suku bangsa dengan kearifan nilai dan budaya yang beragam, sehingga gagasan nusantara adalah gerakan untuk melakukan pembangunan nasional secara merata untuk seluruh elemen suku-bangsa serta menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh suku-bangsa nusantara.
Dalam konteks nusantara sebagai gagasan dan nusantara sebagai kenyataan, Prabowo, yang mematri gagasan nusantara ke dalam alam pikirnya, menemukan bahwa kenyataan yang dialaminya belum selaras dengan gagasan yang diamininya. Keadilan sosial dalam bentuk pembangunan yang menjangkau semua suku-bangsa yang tersebar di seluruh nusantara belum terdistribusi dengan baik, perlindungan hak-hak masyarakat suku-bangsa yang belum optimal serta akses terhadap kesehatan, pendidikan serta lapangan pekerjaan yang masih jauh dari mudah. Secara psikologis persatuan sebagai perasaan senasib sepenanggungan hanya dapat terbangun saat perasaan tersebut benar-benar diamini oleh seluruh suku-bangsa dari Sabang hingga Merauke.
Kita dapat berharap sosok Presiden dengan nusantara di kepalanya ini akan secara gigih mengusahakan agar nusantara sebagai kenyataan segera terwujud secara berkesesuaian dengan nusantara sebagai gagasan. Nusantara yang menjadi rumah aman bersama di mana hak dan kesejahteraan masyarakat suku-bangsa yang tinggal di dalamnya dilindungi dan dipenuhi. Nusantara yang melindungi semua yang menjadikannya sebagai tanah tumpah darah.
Nusantara sebagai kesepakatan suku-bangsa yang beragam juga mengandaikan terpeliharanya nilai budaya yang beragam sebagai intangible asset yang bisa menjadi keunggulan kompetitif. Sejarah panjang nusantara membuktikan bahwa nilai budaya suku-bangsa, yang terasimilasi dengan nilai yang dibawa agama-agama monoteis, menjadi sumber nilai serta identitas nasional. Indonesia diidentifikasi sebagai bangsa yang bergotong-royong, mengedepankan musyawarah dan mufakat serta memiliki toleransi terhadap keberagaman. Dalam bahasa Benedict Anderson, nusantara adalah imagined community yang dibangun di atas gambar rekaan yang diidam-idamkan tentang kehidupan bersama suku-bangsa sebagai komunitas di masa mendatang.
Islam adalah agama monoteis dengan jumlah pemeluk mayoritas di Indonesia. Kenyataan ini membawa kepada kesimpulan bahwa Islam memberi warna kepada proses historis asimilasi nilai dan budaya suku-bangsa. Pada proses merebut dan mempertahankan kemerdekaan, Islam dengan nilai jihad memperkuat nilai perjuangan mempertahankan tanah tumpah darah yang ada di seluruh suku-bangsa. Dalam proses perumusan Pancasila sebagai falsafah bangsa, Islam mewarnai melalui kesepakatan munculnya sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam proses menjaga tradisi berbangsa dan bernegara Islam mewarnai dengan diktum menjaga tradisi lama yang baik serta mengambil tradisi baru yang lebih baik. Tidak sedikit kita temui hasil formalisasi nilai-nilai yang bersumber dari hukum agama Islam, beberapa termanifes dalam produk hukum nasional; Undang-undang Wakaf, Undang-undang Perkawinan serta KUH Perdata (hukum waris, khususnya).
Pengaruh nilai-nilai Islam terhadap nilai dan budaya suku bangsa serta identitas nasional nusantara tak terlepas dari peran pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di nusantara yang secara arif mengajarkan dan mendidik santri untuk membaca teks ilmu agama secara kontekstual dengan kondisi lokal yang melingkupi pesantren. Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas pendidikan karakter dengan pendekatan fokus pada kedisiplinan, etika sosial, moral, integritas, dan empati, membuat jumlah pesantren terus bertumbuh dan bertambah banyak dalam atmosfer penguatan SDM di Indonesia.
Tercatat bahwa jumlah pesantren di Indonesia ialah sebanyak 39.043 unit dengan menaungi 4,08 juta santri (data Kementerian Agama 2023). Mengapa begitu banyak pesantren dan santri di Indonesia? Sebab, pesantren adalah lembaga pendidikan yang mudah diakses. Mudah diakses dalam perspektif ekonomi karena seringkali pesantren hadir menyediakan akses kepada pendidikan di tengah masyarakat ekonomi lemah. Mudah diakses dalam perspektif keberagaman karena seringkali pesantren menjadi pusat pendidikan dengan santri dari berbagai suku-bangsa dari pelosok negeri. Mudah diakses dalam perspektif persyaratan administrasi yang seringkali hanya mensyaratkan kemauan untuk belajar sebagai syarat utama menjadi santri. Pesantren juga sangat berperan dalam menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar melalui terciptanya usaha mikro dan kecil bahkan menengah untuk pemenuhan kebutuhan hidup serta pembelajaran para santri.
Dalam hal kapasitas SDM santri yang dihasilkan, pesantren tidak bisa dipandang sebelah mata. Keseimbangan antara memahami ilmu agama dan pendidikan karakter seperti yang sudah disinggung sebelumnya, banyak menghasilkan sosok pemimpin. Tanpa menyebutkan figur popular di kancah kepemimpinan nasional, seringkali santri lulusan pesantren menjadi penggerak masyarakat di wilayah lokal dengan mendirikan pesantren lainnya sebagai lembaga pendidikan yang berpihak kepada masyarakat ekonomi lemah sehingga secara eksponensial satu pesantren dapat melahirkan banyak pesantren lainnya yang siap berkontribusi bagi sistem pendidikan yang membangun karakter SDM nusantara.
Kedekatan hubungan pesantren dengan masyarakat sekitar juga menjadikan pesantren sebagai salah satu lembaga yang mengerti betul permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tak ayal jika kemudian pesantren seringkali menjadi gerbang awal bagi banyak pemimpin di republik ini untuk menjadikan tempat tujuan menggali permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Clifford Geertz menyatakan bahwa pesantren merupakan kekuatan budaya dan spiritual masyarakat. Sebagai kekuatan budaya dan spiritual masyarakat, tentunya pesantren memahami betul permasalahan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Prabowo seringkali mengatakan bahwa kedisiplinan yang diterapkan dalam pesantren merupakan nilai yang sangat berarti. Ia meyakini bahwa kedisiplinan adalah hal yang memengaruhi peningkatan kualitas pendidikan. Yang perlu digarisbawahi adalah; selain secara disiplin mendidik dan mengembangkan karakter santri, pesantren juga secara disiplin memastikan bahwa kehadiran mereka sebagai lembaga pendidikan akan selalu tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang menjadi stakeholder mereka. Ia adalah infinite energy. Energi tak terhingga yang akan selalu menggerakkan pembangunan karakter SDM nusantara. Tidak berlebihan jika pada peringatan hari santri tahun ini, kita berharap kepada Prabowo sebagai Presiden RI ke-8 perlu memberikan perhatian khusus kepada pesantren sebagai salah satu energi dari beberapa energi inti Nusantara. Rahmat Hidayat Pulungan. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kandidat Doktor Ilmu Manajemen Stratejik di Universitas Negeri (UNJ) Jakarta.