Prabowo Soal Jeleknya Komunikasi Pemerintah: Saya Yang Salah

Prabowo Soal Jeleknya Komunikasi Pemerintah: Saya Yang Salah

JAKARTA, KOMPAS.com - Publik mengkritik komunikasi pemerintah dalam menanggapi sejumlah isu yang menjadi perhatian. Salah satunya ketika salah satu media nasional, yaitu Tempo yang menerima kiriman berupa kepala babi dan justru ditanggapi dengan guyonan oleh Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi.

Dalam wawancara bersama enam pemimpin redaksi media pada Minggu (6/4/2025), Presiden Prabowo Subianto mengakui bahwa buruknya komunikasi pemerintah merupakan kesalahannya.

Bagaimana pandangan Prabowo soal jeleknya komunikasi pemerintah, serta responnya terhadap kekhawatiran adanyan intimidasi pers setelah adanya insiden pengiriman kepala babi. Berikut petikan wawancara enam pemimpin redaksi terhadap Prabowo

Catatan buruk jika melihat komunikasi dari orang-orang yang seharusnya menjadi representasi Presiden. Apa yang akan Bapak lakukan terkait ini?

Menurut pendapat saya, saya yang bertanggung jawab. Saya yang salah.

Kenapa? karena begitu kita dapat mandat, fokus saya, antusiasme saya, semangat saya adalah bagaimana dalam waktu sesingkat-singkatnya deliver. Orang lapar enggak bisa nunggu, anak-anak yang lapar enggak bisa nunggu. Jadi fokus kita kerja, kerja.

Mungkin ada yang ngejek ya, tapi saya paham etos. Saya bukan selalu membela Pak Jokowi, banyak orang yang jelek-jelekin, saya enggak tahu ya pasti ada orang yang baik, ada orang yang tidak baik, ada kekurangan. Tapi etos pada waktu itu kita ingin kerja, kita ingin buktikan, kita selesaikan.

KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/2/2025).

Ohh ada el nino, ada la nina, kekeringan, waspada. Nanti gimana air? cari air. Bikin tim, cari ahli. Thats on focus on the first day. Bagaimana menghemat APBN, Menteri Keuangan bagaimana? pelajari lagi, pelajari lagi, pelajari lagi

Itu akhirnya tim saya semua kurang, karena kita waktu itu yakin kalau kita bisa deliver dengan baik, dengan cepat, rakyat merasakan mereka akan percaya sama kita.

Ternyata itu, maka saya anggap itu salah saya.

Kalau anda perhatikan, kalau kemana-mana saya pergi enggak ada wartawan yang embed sama saya dan sebagainya. Karena pendekatan saya waktu itu adalah kerja dan evidence. Kalau saya bisa bikin ini, pasti orang akan menilai dengan objektif.

Ternyata tidak seperti itu ya, politik adalah persepsi dan ya kadang-kadang kekuatan-kekuatan tertentu apapun yang kita buat pasti dinarasi tidak baik. Karena itu saya mau perbaiki itu

Masalah salah ucap, tim saya kan orang-orang baru dalam pemerintahan. Banyak orang baru dalam pemerintahan. Sebagian menteri-menteri yang senior ada yang dari kabinet lama, tapi banyak yang baru. Jadi mungkin kurang waspada, kurang hati-hati dalam mengucap, saya kira itu yang bisa saya jelaskan.

Kita sudah panjang soal kebebasan pers di Indonesia. Ini jadi catatan buruk ketika Kepala Komunikasi Kepresidenan justru mengeluarkan pernyataan tak elok terkait pengiriman kepala babi ke salah satu media nasional. Bagaimana pandangan Bapak?

Saya belum ketemu sih (dengan Hasan Nasbi) sebenarnya setelah (peristiwa pengiriman kepala babi). Saya juga kaget masalah kepala babi dan itu tikus kirim, itu saya kira gaya-gaya apa taktik, teknik gitu ya.

Saya kira yang melakukan itu ingin mengadu domba. Ingin menciptakan suasana yang tidak baik. Menurut saya itu

Benar itu ucapan yang menurut saya teledor, itu yah keliru. Saya kira beliau (Hasan Nasbi) menyesal. Tapi ini alasan yang bisa saya kasih adalah mungkin karena baru dalam posisi pemerintahan yang selalu disorot.

Jadi kadang-kadang orang yang dari dunia perencana atau dunia survei atau dunia akademis, muncul di panggung publik kurang cepat menyesuaikan, menurut saya. Bahwa komunikasi kurang baik, itu sebetulnya itu saya anggap saya yang bersalah. Karena fokus kita deliver, deliver, kerja.

Sumber