Profil Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus Harun Masiku

Profil Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus Harun Masiku

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Penetapan ini terkait dengan dugaan suap yang melibatkan eks calon anggota legislatif PDI-P, Harun Masiku.

Suap tersebut diduga diberikan kepada mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan untuk meloloskan Harun Masiku sebagai anggota DPR RI melalui mekanisme pergantian antar waktu (PAW).

Hasto juga ditetapkan sebagai tersangka perintangan penyidikan terkait kasus tersebut.

Melansir laman Kompaspedia, Hasto Kristiyanto mengawali kariernya di dunia politik praktis dengan menjadi bagian dari PDI-P.

Pria kelahiran Sleman, 7 Juli 1966 itu bergabung menjadi kader partai banteng pada 2000.

Beberapa tahun kemudian, Hasto pun mencoba peruntungan dengan mengikuti Pemilu 2004.

Kala itu, Hasto menjadi Caleg Partai Banteng untuk daerah pemilihan (Dapil) Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Jawa Timur.

Lulusan Fakultas Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1991 itu pun terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009.

Selama lima tahun di parlemen, Hasto bertugas di Komisi V DPR RI yang saat itu membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, dan koperasi.

Pada 2009, Hasto kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI, tetapi gagal melenggang ke Senayan.

Meski begitu, dia tetap melanjutkan kiprahnya di PDI-P dengan menduduki jabatan sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen).

Sarjana bergelar insinyur teknik kimia itu mulai tertarik dunia politik sejak duduk di bangku perkuliahan.

Selama di kampus, dia mengasah kemampuan politiknya dengan aktif berorganisasi.

Dia pun sempat menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM pada 1987–1989. Namun, Hasto saat itu tak langsung terjun ke dunia politik praktis.

Usai menyelesaikan studinya di UGM, Hasto melanjutkan kuliah di STIE Prasetiya Mulya Business School di Jakarta dan meraih gelar Magister Manajemen (M.M.) pada 2000.

Setelah itu, barulah Hasto sepenuh terjun dan meniti karier di dunia politik sebagai bagian dari keluarga “Partai Banteng”.

Ketika PDIP berhasil memenangkan Pilpres 2014, Hasto pun ditugaskan menjadi salah satu deputi dalam Tim Transisi Pemerintahan.

Tugasnya menyiapkan transisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono ke pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Usai Kabinet Indonesia Kerja terbentuk, Sekjen PDIP saat itu, yakni Tjahjo Kumolo pun menjadi Menteri Dalam Negeri.

Hasto yang menjadi wakil Tjahjo di dalam partai, akhirnya ditunjuk Megawati menjadi pelaksana tugas (Plt) Sekjen PDI-P.

Barulah pada 2015, Hasto resmi menjabat sebagai Sekjen secara definitif untuk masa bakti 2014-2019 berdasarkan hasil Kongres IV PDI-P.

Lima tahun kemudian, partai kembali memilihnya untuk menjadi Sekjen untuk periode 2019-2024.

Di sela-sela tugasnya sebagai Sekjen PDI-P, Hasto menempuh program studi doktor di Universitas Pertahanan (Unhan) pada 2020.

Dia lulus pada 2022 setelah menyelesaikan disertasi berjudul “Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara”.

Hasto kemudian menempuh pendidikan doktor di Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia pada medio 2022.

Dengan disertasi berjudul “Kepemimpinan Strategis Politik, Ideologi, dan Pelembagaan Partai serta Relevansinya terhadap Ketahanan Partai Studi pada PDI Perjuangan", Hasto berhasil lulus pada 2024.

Sumber