Program Makan Bergizi Gratis di Semarang, Pedagang Kantin Mengeluh Penghasilannya Turun Drastis
SEMARANG, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto mulai memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan pedagang kantin di SMP N 12 Semarang, Jawa Tengah, sejak peluncurannya.
Beberapa pedagang mengeluhkan penurunan drastis dalam penghasilan mereka.
Salah satu pedagang kantin SMP N 12 Semarang, Ida Rosida mengungkapkan bahwa selama lima hari program MBG berlangsung, penghasilannya turun sekitar 50 persen.
"Dampaknya ke penghasilan, hampir separuhnya, memang berubah drastis. Soalnya saya jualnya cuma makanan, jajan cuma beberapa saja. Misalnya sehari bisa buat sekitar 20 porsi, sekarang separuhnya sendiri," ujarnya saat ditemui Kompas.com, Jumat (10/1/2025).
Intan Afrida Rafni Menu spesial program makan bergizi gratis hari kelima, ada Makaroni Bolognese dengan harga Rp 10.000 per porsi.
Lebih jelas Ida mengatakan, jika biasanya satu hari bisa meraup pendapatan antara Rp 600.000 hingga Rp 700.000 per hari, kini hanya menerima sekitar Rp 300.000.
"Sekarang cuma separuhnya, apalagi pas hari Jumat. Ya jadi cuma seadanya saja," tambahnya.
Untuk mengatasi penurunan penjualan, Ida berusaha mengalihkan fokus dari makanan berat ke jajanan ringan seperti cireng, batagor, dan sosis. Namun, penjualannya belum menunjukkan perubahan yang signifikan.
"Pengennya bisa dicarikan solusinya, misal makanannya disuruh ngelola sekolah atau kantin-kantin sekolah, jadi kita bisa tetap memiliki penghasilan yang baik," harapnya.
Selain Ida, pedagang kantin lainnya, Rofi juga merasakan dampak dari program MBG.
Ia mencatat penurunan penghasilan sekitar 35 persen dalam waktu yang sama.
"Mungkin penurunannya hampir 35 persen. Kalau ini kan baru permulaan, jadi belum ketahuan, kalau sudah berjalan setahun ke depan mungkin kelihatan banget," kata Rofi.
Selama 13 tahun berjualan, Rofi menawarkan berbagai makanan dan minuman, termasuk nasi katsu, rice bowl, nasi goreng, serta makanan ringan.
"Kalau di sini pada nitip nasi, misal ada 35 porsi, sekarang masih sisa. Yang biasanya siang anak-anak beli makan, jadi gak beli. Biasanya istirahat pertama sudah habis, ini di istirahat kedua atau jam makan siang masih sisa," jelasnya.
Rofi menyatakan bahwa meskipun program MBG bermanfaat bagi siswa, dampaknya terhadap pedagang kantin cukup merugikan.
"Sebenernya ngedengernya senang, cuma kalau dampaknya ya gitu, penghasilannya agak menurun aja. Biasanya dapetnya Rp 400,000 sekarang sudah turun. Dampaknya langsung keliatan, padahal masih 5 hari," pungkasnya.