Program Makan Bergizi Resmi Beroperasi, 4 SPPG di Jakarta Jangkau 12.054 Siswa
KOMPAS.com - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengecek pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah Dasar Swasta (SDS) dan Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMPS) Barunawati II, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/1/2025).
Pada kesempatan tersebut, Agus Jabo didampingi Juru Bicara kantor Komunikasi Kepresidenan Dedek Prayudi dan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi. Agus terlihat masuk ke kelas-kelas untuk berdialog dengan siswa SD dan SMP yang tengah menyantap makan bergizi gratis.
Agus mengatakan, Indonesia mencatatkan sejarah baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo yang menyelenggarakan Program MBG untuk pelajar di 26 provinsi secara serentak, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Kementerian Sosial pun telah menurunkan tim khusus untuk memastikan distribusi MBG di setiap provinsi berlangsung tertib, aman, dan lancar.
"Berdasarkan pantauan kami, anak-anak sangat antusias, gembira, serta senang dengan Program MBG. Mereka berterima kasih kepada pemerintah. Hari ini menjadi hari bersejarah karena MBG sudah resmi dimulai," ujar Agus di di SDS Barunawati, Senin.
Agus melanjutkan, pemerintah menargetkan 3 juta penerima manfaat Program MBG hingga Maret 2025, baik siswa sekolah maupun ibu hamil. Pada akhir tahun, pemerintah menargetkan 15 juta penerima manfaat.
Program tersebut diharapkan dapat menyasar sekitar 82,9 juta penerima pada akhir masa jabatan Prabowo Subianto pada 2029.
“Semuanya sudah direncanakan. Kami tinggal melaksanakannya secara bertahap,” ujarnya.
Selain memberikan makanan gratis, lanjut Agus, Program MBG juga memiliki visi besar, yakni mencetak generasi muda yang hebat dan unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, ia berharap para pemangku kepentingan dapat terlibat aktif menyukseskan pelaksanaan Program MBG, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, serta orang tua.
Pada kesempatan yang sama, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengungkapkan Program MBG menjangkau ribuan siswa di berbagai wilayah di Jakarta.
Per Senin, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta telah memiliki empat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani 12.054 porsi di 41 titik sekolah. Adapun empat SPPG itu, yakni SPPG Palmerah, SPPG Halim, SPPG Susukan Ciracas, dan SPPG Pulogebang Cakung.
"Total porsi yang didistribusikan empat SPPG itu mencapai 12.054 untuk hari ini. Di SD Barunawati, terdapat 558 siswa yang mendapatkan makanan bergizi gratis,” kata Teguh.
Teguh melanjutkan, hingga akhir Januari 2025, Pemprov DKI menargetkan penambahan 13 SPPG baru di Jakarta. Dengan demikian, Pemprov DKI Jakarta memiliki total 17 SPPG pada Januari. Pemprov DKI Jakarta pun menargetkan sebanyak 153 SPPG dapat beroperasi di Jakarta sepanjang 2025.
Untuk ibu hamil, Pemprov DKI Jakarta mulai mendistribusikan Program MBG pada Kamis (9/1/2025). Pemprov juga terus mendukung penyelenggaraan Program MBG dengan memberikan dukungan lokasi, sosialisasi, dan edukasi.
“Kami juga siap memberikan dukungan pada aspek food security,” tuturnya.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Dedek Prayudi menjelaskan Program MBG tidak menerapkan standar menu yang baku.
Adapun standar yang digunakan dalam program tersebut, yakni standar kandungan gizi, standar higienis, dan standar pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Dedek menjelaskan bahwa anak-anak yang menerima seporsi makan bergizi gratis tidak selalu menerima nasi. Menurutnya, menu nasi bisa diganti dengan kentang karena keduanya merupakan sumber karbohidrat.
KOMPAS.com/YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA. Siswi SDS Barunawati sedang mengonsumsi makan siang gratis.
Ia mencontohkan bahwa di Papua, program MBG menggunakan sagu sebagai sumber karbohidrat dalam menu makanan. Selain itu, di SDS Barunawati, terdapat siswa yang alergi dengan nasi. Sebagai gantinya, pihak sekolah memberikan kentang sebagai sumber karbohidrat pada menu siswa tersebut.
Dengan demikian, setiap menu dapat disesuaikan dengan kearifan lokal dan kondisi siswa di wilayah masing-masing.
“Jadi, program ini tidak ada standar menu. Sekali lagi, yang ada adalah standar gizi, higienitas, serta tata kelola limbah berkelanjutan,” kata Dedek.
Dedek melanjutkan, Indonesia sudah tidak punya pilihan selain menjadi negara maju pada 2045. Menurutnya, jika tidak menjadi negara maju, Indonesia akan terus terjebak dalam middle income trap atau terperangkap dalam negara berpendapatan menengah.
Untuk menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) cerdas, sehat, tangguh, serta unggul.
“Program MBG menjadi sebuah milestone sejarah baru untuk mewujudkan generasi emas 2045,” tuturnya.