Prospek Permintaan China Suram, Harga Minyak Global Lanjutkan Koreksi
Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia melanjutkan tren pelemahahan setelah mencatatkan penurunan satu hari terbesar dalam hampir dua pekan karena prospek lemah di negara importir utama China terus mengganggu pasar.
Mengutip Bloomberg pada Senin (11/11/2024), harga minyak mentah Brent turun 0,07% dan diperdagangkan pada level US$73,82 per barel setelah turun 2,3% pada Jumat (8/11/2024) pekan lalu.
Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS terpantau turun 0,17% ke level US$70,26 per barel.
Data pada akhir pekan lalu menunjukkan inflasi konsumen China yang lesu pada bulan Oktober, sementara harga di tingkat pabrik kembali turun. Hal ini terjadi setelah Beijing meluncurkan rencana pertukaran utang pada hari Jumat untuk meningkatkan perekonomian, namun tidak mengeluarkan stimulus baru.
Pedagang minyak mentah telah menilai prospek permintaan global menjelang tahun 2025, serta implikasi yang timbul dari terpilihnya Donald Trump ke Gedung Putih dan ketegangan antara Israel dan Iran.
Dengan perkiraan surplus tahun depan, investor akan mendapatkan sejumlah pandangan berpengaruh pada minggu ini, dimulai dengan pandangan dari OPEC pada hari Selasa.
“Pasar minyak mentah telah mencapai nilai wajar dan terasa sangat nyaman di level US$70. Memang benar, kita mempunyai risiko pemilu AS yang dapat berdampak pada ekspektasi pertumbuhan, namun kami tidak memperkirakan pertarungan tersebut akan berdampak besar pada minggu ini," kata Chris Weston, Head of Research di Pepperstone Group.
Rentang waktu atau timespread menunjukkan bahwa kekuatan pasar fisik sedang surut. Meskipun selisih harga Brent – kesenjangan antara dua kontrak terdekatnya – masih dalam struktur bullish dan terbelakang, perbedaannya semakin menyempit. Harganya adalah 27 sen per barel, dibandingkan dengan 44 sen pada bulan lalu.
Setelah pandangan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Badan Informasi Energi AS (EIA) akan mengeluarkan pandangan jangka pendeknya pada Rabu (13/11/2024) mendatang, diikuti oleh Badan Energi Internasional (IEA) pada hari berikutnya. Dalam gambaran terakhirnya, OPEC menurunkan perkiraan permintaannya.