Proyek Polypropylene Plant Balongan (PPB) Polytama Bakal Gandakan Produksi Resin PP
Bisnis.com, JAKARTA – PT Polytama Propindo, sebagai industri substitusi impor, berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam kontribusinya di dalam negeri sebagai salah satu pemain terbesar produsen resin bijih plastik atau polipropilena (PP).
Polytama tercatat sebagai industri yang sangat potensial sebagai pemasok utama kebutuhan PP di dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan impor resin bijih plastik.
Saat ini, Polytama terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Sejalan dengan itu, perusahaan juga turut berperan pada penghematan devisa negara.
"Kehadiran Polytama di Indramayu telah memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, sinergitas dengan stakeholder terkait juga terus ditingkatkan agar dapat terus harmonis bersama," ujar Presiden Direktur Polytama Joko Pranoto dalam siaran pers, Senin (16/12/2024).
Hasil produksi Polytama berupa bijih plastik jenis PP selama ini dapat dikembangkan menjadi beragam kebutuhan produk sehari-hari.
Joko menyampaikan, mengingat tingginya tingginya kebutuhan pasar domestik terhadap produk PP, Polytama memperoleh kepercayaan dari PT Pertamina (Persero) dan PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) untuk membangun proyek Polypropylene Plant Balongan (PPB).
Proyek PPB bakal meningkatkan kapasitas produksi Polytama hingga dua kali lipat, atau sebesar 600.000 MTA dari yang sebelumnya 300.000 MTA.
Nantinya, PPB akan menghasilkan produk jenis homopolymer dan copolymer untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Kehadiran PPB, sambung Joko, dapat memberikan kontribusi kepada industri petrokimia tanah air untuk memasok kebutuhan dalam negeri yang berkorelasi dengan penguatan ekonomi melalui penurunan impor.
Sejak awal beroperasi, Polytama senantiasa memberikan kontribusi positif dalam keberlanjutan lingkungan dan masyarakat di Indramayu, dengan menggulirkan beragam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang inovatif.
Mulai dari lingkup internal hingga eksternal, Polytama terus mengembangkan nilai-nilai keberlanjutan.
Diwujudkan melalui berbagai inovasi, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam maupun inovasi sosial. Bahkan berbagai upaya inovatif ini telah mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Polytama tercatat sebagai perusahaan petrokimia pertama di Indonesia yang meraih predikat tertinggi dalam ‘Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup"’ atau PROPER," ujar Joko.
Empat tahun berturut-turut meraih Proper dengan peringkat Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mampu diraih Polytama berkat sinergi erat dengan seluruh stakeholder.
Wujud nyata lain TJSL, Polytama bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Indramayu lewat salah satu penyediaan fasilitas pada area Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Ekoriparian Tjimanoek, di pusat Kota Indramayu.
Program lain ialah, Biodigester. Ini merupakan inovasi dalam upaya pemanfaatan sampah organik atau sampah makanan yang dikelola menjadi substitusi bahan bakar gas metana untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner di Kawasan Tjimanoek.
Polytama juga berinovasi untuk keberlanjutan lingkungan melalui program Bahan Plastik Jadi Paving atau Batik Javing.
Program ini memanfaatkan limbah non B3 fine polymer menjadi paving block yang dapat menghemat penggunaan pasir.
Paving block tersebut kemudian digunakan untuk penataan kawasan terbuka hijau terutama di wilayah Ekoriparian Tjimanoek, Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI) dan Sekolah Sehat, Hijau dan Bersih (SEHATI).
Lebih lanjut, Program TJSL unggulan lain yang dilakukan Polytama untuk turut menghidupkan potensi ekonomi wilayah sekitar seperti Pengembangan Pindang Lombang atau Bang Pilo.
Direktur Polytama Dwinanto Kurniawan menyampaikan bahwa Program Bang Pilo memberikan pelatihan terkait pengemasan makanan yang tepat.
"Ini dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan dari plastik PP hasil produksi Polytama," ujarnya.
Produk PP tidak hanya menambah nilai jual melalui kemasan yang kreatif, tetapi juga memperpanjang masa simpan produk sehingga bisa memperluas jangkauan pemasaran.
Upaya lain Polytama atas pemanfaatan limbah, telah diterapkan melalui pembuatan stasiun pengisian listrik di Polytama yang memanfaatkan limbah B3 oligomer sebagai sumber energi.
Fasilitas ini, selain menghemat biaya, kehadiran charging station tersebut berkontribusi mengurangi polusi udara dan biaya untuk membeli bahan bakar.
“Ke depannya, Polytama akan terus aktif dalam menjalankan keberlanjutan lingkungan dengan memperkuat sinergi bersama seluruh lapisan masyarakat. Sehingga bisa saling bahu-membahu mengelola lingkungan secara bertanggung jawab” ujar Dwinanto.