Putin Ubah Aturan Serangan Nuklir Rusia, AS Tak Terkejut

Putin Ubah Aturan Serangan Nuklir Rusia, AS Tak Terkejut

Amerika Serikat (AS) mengaku tidak terkejut dengan pengumuman terbaru Rusia soal perubahan doktrin nuklir yang telah disetujui oleh Presiden Vladimir Putin. Washington menyebut Moskow sudah memberikan isyarat soal niatnya mengamendemen doktrin penggunaan senjata nuklirnya beberapa waktu terakhir.

Pernyataan itu, seperti dilansir AFP, Rabu (20/11/2024), disampaikan oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional pada Gedung Putih saat menanggapi pengumuman Kremlin soal Putin memberikan persetujuan untuk doktrin nuklir Rusia yang diperbarui atau diamandemen.

Doktrin nuklir terbaru itu menyatakan Rusia kini bisa mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklirnya, jika dihantam serangan rudal konvensional yang didukung oleh negara yang juga memiliki kekuatan nuklir.

"Kami tidak terkejut dengan pengumuman Rusia soal mereka akan memperbarui doktrin nuklirnya," ucap juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS dalam pernyataannya.

Disebutkan juru bicara itu bahwa Moskow sebenarnya telah "memberikan isyarat soal niatnya" untuk melakukan hal tersebut selama beberapa pekan terakhir.

Dalam tanggapan lebih lanjut, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengecam langkah Rusia itu sebagai "retorika yang tidak bertanggung jawab". "Ini lebih merupakan retorika tidak bertanggung jawab yang sama dari Rusia, yang telah kita saksikan selama dua tahun terakhir," sebutnya.

Namun demikian, menurut juru bicara itu, Washington saat ini tidak melihat adanya kebutuhan untuk mengubah postur kekuatan nuklir mereka sendiri.

"Melihat tidak adanya perubahan pada postur nuklir Rusia, kami belum melihat adanya alasan untuk menyesuaikan postur atau doktrin nuklir kami sebagai tanggapan atas pernyataan Rusia hari ini," tegasnya.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Langkah Putin menyetujui perubahan doktrin nuklir negaranya itu dilakukan setelah pemerintahan Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh pasokan AS dalam serangan lebih dalam ke wilayah Rusia.

Militer Kyiv mengatakan pasukannya telah menggunakan rudal jarak jauh AS itu untuk pertama kalinya pada Selasa (19/11) waktu setempat.

Persetujuan yang diberikan Biden untuk Ukraina itu diungkapkan oleh seorang pejabat senior pemerintahan AS, yang enggan disebut namanya, yang berbicara kepada media. Gedung Putih sejauh ini belum mengonfirmasi secara resmi laporan media itu.

Namun di sisi lain, Gedung Putih juga mengisyaratkan bahwa langkah itu merupakan respons atas penggunaan tentara Korea Utara (Korut) oleh Rusia dalam pertempuran melawan Ukraina.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional pada Gedung Putih menyebut pengerahan pasukan Korut menjadi "eskalasi yang signifikan… dan kami memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan meresponsnya".

"Saya tidak akan membahas secara detail soal respons tersebut hari ini," imbuhnya.

Sumber