Qatar Berhenti Memediasi Gencatan Senjata Israel-Hamas
DOHA, KOMPAS.com - Qatar telah mengumumkan penghentian sementara upayanya dalam memediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Langkah ini diambil setelah negara Teluk tersebut menilai bahwa kedua belah pihak terlibat dalam permainan politik dan tidak menunjukkan “itikad baik” dalam mencapai kesepakatan yang tulus.
Sumber diplomatik menyebutkan bahwa negosiasi saat ini lebih banyak berfokus pada agenda politik daripada pada solusi keamanan yang nyata.
Dilansir Guardian, Qatar menyampaikan keputusannya kepada Amerika Serikat, Israel, Hamas, dan Mesir setelah pertemuan delegasi Amerika yang dipimpin Direktur CIA, Bill Burns, di Doha akhir Oktober lalu.
Selain itu, Qatar menyampaikan bahwa mereka siap kembali melanjutkan peran mediasi jika kedua pihak menunjukkan komitmen nyata untuk mencari jalan damai.
Qatar menghadapi tekanan internasional terkait hubungannya dengan Hamas, yang mempertahankan kantor politiknya di Doha.
Beberapa politisi Amerika, terutama dari Partai Republik, telah mendesak pemerintah AS untuk menutup kantor tersebut dan membekukan aset Hamas di Qatar.
Qatar menegaskan bahwa kantornya berfungsi sebagai saluran diplomasi penting, dan penutupan kantor ini dapat menghalangi upaya diplomatik.
Langkah Qatar ini berpotensi memperumit upaya perdamaian di Gaza.
Sebagai mediator yang dipercaya kedua belah pihak, Qatar telah memainkan peran kunci dalam negosiasi damai dan gencatan senjata, termasuk pembebasan sandera pada tahun 2023.
Para pejabat internasional memperingatkan bahwa menyingkirkan Hamas dari Qatar dapat memperkuat pengaruh negara lain yang memiliki hubungan lebih tegang dengan Israel, seperti Iran.
Sementara Amerika Serikat masih mendorong penyelesaian konflik di Gaza dan Lebanon menjelang pergantian kekuasaan di Gedung Putih, belum ada tanda-tanda bahwa keputusan ini akan menciptakan terobosan diplomatik dalam waktu dekat.