Radius Bahaya Erupsi Gunung Lewotobi Kembali Diturunkan Jadi 6 Km

Radius Bahaya Erupsi Gunung Lewotobi Kembali Diturunkan Jadi 6 Km

FLORES TIMUR, KOMPAS.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kembali menurunkan radius bahaya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebelumnya, radius bahaya ditetapkan 7 kilometer dari pusat erupsi, kemudian diturunkan menjadi 6 kilometer.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan, pengurangan radius bahaya ini berdasarkan hasil pengamatan visual dan kegempaan pada 1-5 Desember 2024.

Di periode ini gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal, tinggi sekitar 100-1500 meter dari puncak.

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 20-34 derajat celsius.

Tinggi kolom erupsi rata-rata 500-1.500 meter di atas puncak. Guguran teramati dengan jarak luncur 100 meter dari puncak.

Jenis gempa yang terekam yaitu 1 kali gempa letusan, 1 kali guguran, 39 kali embusan, 86 kali harmonik, 9 kali low frequency, 15 kali vulkanik dangkal, 24 kali vulkanik dalam, 7 kali tektonik jauh, 17 kali tremor menerus dengan amplitudo dominan 5,9 mm.

“Kejadian erupsi selama periode ini mengalami penurunan, namun demikian masih terdapat embusan yang sedang hingga kuat disertai suara gemuruh,” ujar Wafid dalam keterangannya, Sabtu (7/12/2024).

Wafid menerangkan, tinggi kolom erupsi mengalami penurunan, yang sebelumnya rata-rata 1.000-2.000 meter, sekarang ini rata-rata tinggi kolom erupsinya 500-1.500 meter.

Terdapat material aliran lava baru yang mengarah pada bagian timur laut dan barat, barat laut, serta material yang berpotensi menjadi lahar di area barat, barat laut dan utara, timur laut kawah.

Kemudian, jumlah gempa embusan menurun, namun suara gemuruh lemah hingga sedang masih terdengar dari Pos PGA Lewotobi Laki-laki.

Hal ini disebabkan adanya tekanan magma di dalam conduit yang naik ke permukaan sehingga mengakibatkan getaran yang menyebabkan suara gemuruh.

Sementara embusan pada area puncak pada barat laut dan timur laut dikarenakan adanya puncak zona alterasi atau zona lemah, sehingga terlihat asap solfatara di bagian puncak.

Kejadian ini seperti pada Januari 2024 yang saat itu terdapat zona alterasi pada bagian barat laut puncak dan dapat berpotensi terjadi directed blast atau erupsi langsung searah dapat terjadi ke arah barat laut dan timur laut dari Gunung Lewotobi Laki-laki.

Selanjutnya gempa letusan cenderung mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun masih terdapat beberapa erupsi.

Gempa harmonik mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan berkurangnya pergerakan fluida ataupun pelepasan gas dari magma yang dapat menyebabkan gempa letusan atau erupsi.

Gempa vulkanik dalam dan dangkal mengalami kenaikan, hal ini mengindikasikan aktivitas gunung api tipe strato ini lebih didominasi aktivitas vulkanik yang masih berada jauh di kedalaman.

Lalu, gempa tektonik Lokal pada periode ini tidak terekam yang mengindikasikan suplai dari dalam berkurang.

Kendati demikian, perlu diwaspadai apabila terjadi peningkatan tiba-tiba pada jumlah tektonik lokal yang akan berpengaruh pada tinggi letusan atau aktivitas gunung.

Material-material yang dikeluarkan dan terendapkan di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki yang dapat berpotensi menjadi lahar apabila terjadi hujan lebat.

Wafid menambahkan dari hasil pemantauan visual dan kegempaan menunjukkan aktivitas vulkanik masih relatif.

Tinggi walaupun ada tren menurun dibandingkan periode sebelumnya.

Kejadian erupsi masih berpotensi terjadi namun dengan intensitas tidak sebesar pada periode tersebut.

Hingga saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki masih ditetapkan level IV awas.

“Warga sekitar dan wisatawan diimbau tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral barat daya dan timur laut sejauh 7 kilometer,” pintanya.

Sumber