Rata-rata Belanja Wisatawan di Gunungkidul Rp 475.000
YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Dinas Pariwisata Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengungkapkan bahwa rata-rata tingkat belanja wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut masih berada di angka Rp 475.027 per orang.
Untuk meningkatkan belanja ini, pihak Dinas Pariwisata berupaya agar wisatawan dapat memperpanjang lama tinggal mereka di "bumi handayani".
Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Oneng Windu Wardana, menjelaskan, pihaknya telah menggandeng konsultan untuk menghitung belanja wisatawan di Gunungkidul.
Langkah ini diambil untuk memahami pengaruh sektor pariwisata terhadap peningkatan perekonomian lokal.
"Hasil dari konsultan menunjukkan rata-rata belanja wisatawan adalah Rp 427.027 per orang, yang diperoleh dari survei di restoran hingga pusat oleh-oleh," ungkap Windu saat dihubungi melalui telepon pada Sabtu (11/1/2025).
Meskipun tidak ada target khusus untuk belanja wisatawan, Windu menjelaskan, pihaknya terus berupaya meningkatkan lama tinggal wisatawan yang berdampak pada rata-rata belanja.
Saat ini, rata-rata lama menginap wisatawan di Gunungkidul masih tercatat sekitar 1,47 hari.
Ia juga mencatat bahwa rata-rata belanja wisatawan di Gunungkidul tergolong rendah jika dibandingkan dengan kota Yogyakarta.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya wisatawan yang memilih menginap dan berwisata di sekitar Malioboro.
"Orang berwisata di DIY biasanya menginap di kota Yogyakarta, di mana rata-rata belanja bisa lebih dari Rp 1,5 juta," jelasnya.
Windu mengakui bahwa keterbatasan fasilitas seperti hotel menjadi tantangan dalam meningkatkan lama tinggal wisatawan.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Gunungkidul.
Pada tahun 2024, total kunjungan wisata di Gunungkidul mencapai 3,3 juta pengunjung, dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil diraih sebesar Rp33,1 miliar.
Untuk tahun 2025, Dinas Pariwisata menargetkan kunjungan mencapai 3,5 juta wisatawan.
Kunjungan wisatawan paling banyak terjadi di kawasan pantai, dan upaya untuk memperkenalkan desa wisata terus dilakukan.
Beberapa program, seperti pertanian terintegrasi di Kalurahan Bendung, Semin, serta pengembangan atraksi khas desa lainnya, akan terus digencarkan untuk menarik lebih banyak wisatawan.