Refleksi Geopolitik 2024: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia (Bagian I)

Refleksi Geopolitik 2024: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia (Bagian I)

MEMASUKI penghujung tahun 2024, dinamika geopolitik dan geoekonomi global semakin kompleks, mencerminkan tatanan dunia yang penuh ketidakpastian.

Rivalitas antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, dan Rusia tidak hanya membentuk arsitektur global, tetapi juga mengubah paradigma stabilitas internasional.

Pergeseran dari unipolaritas menuju multipolaritas menandai babak baru dalam hubungan antarbangsa.

Persaingan dalam berbagai aspek—mulai dari teknologi, ekonomi, hingga pengaruh militer—telah memunculkan ketegangan di sejumlah wilayah strategis seperti Laut Cina Selatan dan Eropa Timur.

Dalam konteks ini, Indonesia tidak boleh menjadi penonton, melainkan harus sebagai aktor penting yang mampu beradaptasi dengan dinamika tersebut untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

Oleh karena itu, sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas regional dan dinamika global.

Ketegangan di Laut Cina Selatan, misalnya, memiliki implikasi langsung terhadap keamanan maritim Indonesia.

Wilayah ini menjadi salah satu arena rivalitas antara China dan Amerika Serikat, yang dapat mengancam kebebasan navigasi serta integritas wilayah negara-negara ASEAN.

Dalam situasi seperti ini, diplomasi yang proaktif dan kebijakan luar negeri bebas aktif menjadi kunci.

Indonesia perlu terus mendorong penyelesaian sengketa secara damai melalui mekanisme ASEAN dan memastikan bahwa kepentingan strategisnya, seperti perlindungan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), tetap terjaga.

Selain tantangan, pergeseran menuju multipolaritas juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat pengaruhnya di kancah internasional.

Sebagai negara anggota G20 dan pemimpin ASEAN, Indonesia memiliki posisi cukup strategis untuk memediasi berbagai isu global.

Pendekatan diplomasi multilateral yang inklusif dapat menjadi strategi utama Indonesia dalam menghadapi persaingan kekuatan besar.

Di sisi lain, penguatan kerja sama bilateral dengan negara-negara nonblok dan mitra strategis seperti India, Jepang, dan Australia dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada satu kekuatan besar tertentu.

Hal ini sejalan dengan prinsip geopolitik Indonesia yang menekankan pada keberlanjutan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Di tingkat domestik, dinamika geopolitik global juga menuntut Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasionalnya.

Ketahanan ini tidak hanya meliputi aspek militer, tetapi juga ekonomi, teknologi, dan sumber daya manusia.

Dalam menghadapi persaingan global, modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) serta pengembangan industri strategis dalam negeri menjadi langkah penting.

Selain itu, penguatan sektor ekonomi digital dan energi hijau dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam geoekonomi global.

Dengan memastikan stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri, Indonesia dapat membangun fondasi kokoh untuk menghadapi tantangan eksternal yang semakin kompleks.

Refleksi geopolitik akhir tahun 2024 ini menegaskan pentingnya kebijakan yang holistik dan adaptif dalam menghadapi dinamika global.

Rivalitas kekuatan besar dan pergeseran menuju multipolaritas memang menghadirkan tantangan besar, tetapi juga peluang yang tidak kalah signifikan bagi Indonesia.

Dengan memanfaatkan posisi strategisnya di kawasan Indo-Pasifik dan memperkuat ketahanan nasional, Indonesia dapat memainkan peran lebih besar dalam membentuk arsitektur global yang damai, stabil, dan berkelanjutan.

Upaya ini memerlukan sinergi antara kebijakan luar negeri yang visioner dan ketahanan dalam negeri yang tangguh, demi melindungi kepentingan nasional sekaligus memberikan kontribusi positif bagi dunia.

Ketidakpastian geopolitik yang terus meningkat telah membawa dampak signifikan terhadap ekonomi global.

Rivalitas antara negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Rusia, China, dan Uni Eropa, sering kali menciptakan ketegangan yang merambat ke sektor ekonomi.

Ketegangan ini memengaruhi stabilitas rantai pasok global, memicu volatilitas harga energi, dan menciptakan fluktuasi di pasar keuangan.

Dari sini tiliklah bagaimana konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina tidak hanya menyebabkan krisis kemanusiaan, tetapi juga lonjakan harga pangan dan energi yang memperburuk kondisi ekonomi global, terutama di negara-negara berkembang.

Hal ini menunjukkan bahwa dinamika geopolitik tidak dapat dipisahkan dari keseimbangan ekonomi dunia.

Disrupsi rantai pasok akibat konflik geopolitik telah menciptakan tekanan besar pada perdagangan global.

Perang Rusia-Ukraina, misalnya, menyebabkan gangguan besar dalam suplai gandum, pupuk, dan energi yang berasal dari kawasan tersebut.

Akibatnya, negara-negara yang sangat bergantung pada impor komoditas ini mengalami lonjakan inflasi tajam dan kesulitan menjaga stabilitas harga domestik.

Dalam kondisi seperti ini, upaya untuk menjaga stabilitas geopolitik menjadi krusial. Dialog internasional dan kerja sama multilateral diperlukan untuk memastikan bahwa ketegangan politik tidak semakin memperburuk krisis ekonomi global yang tengah dihadapi banyak negara.

Ketidakpastian geopolitik juga berdampak langsung pada pasar keuangan global. Investor cenderung menarik modal mereka dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi, sehingga memperburuk kondisi ekonomi negara-negara berkembang yang bergantung pada investasi asing.

Volatilitas harga energi, seperti minyak dan gas, menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi global.

Negara-negara berkembang, yang biasanya lebih rentan terhadap fluktuasi harga energi, harus menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya beli masyarakat sekaligus memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam konteks ini, stabilitas geopolitik menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi global, termasuk kemiskinan dan kelaparan yang meningkat.

Ketegangan politik yang berkepanjangan sering kali memperburuk kondisi negara-negara miskin yang sudah berada dalam tekanan ekonomi.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menyadari pentingnya mengintegrasikan analisis geopolitik ke dalam kebijakan ekonomi mereka.

Dengan memahami dinamika geopolitik, negara dapat merancang strategi lebih efektif untuk melindungi kepentingan nasional mereka sekaligus berkontribusi pada stabilitas global.

Juga, kerja sama internasional menjadi jalan keluar yang tidak dapat diabaikan untuk menghadapi dampak geopolitik terhadap ekonomi global.

Negara-negara harus mengutamakan dialog dan kolaborasi untuk meredam konflik dan mempromosikan stabilitas yang berkelanjutan.

Dalam situasi ini, peran organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), G20, dan ASEAN menjadi sangat penting dalam menciptakan solusi kolektif terhadap tantangan global.

Sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia memiliki kepentingan besar untuk memperkuat ketahanan nasional dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Ketahanan nasional bukan sekadar konsep militer, melainkan mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan politik yang saling terkait.

Dalam konteks ini, Indonesia harus mengantisipasi dinamika geopolitik yang penuh ketidakpastian, termasuk rivalitas kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia, yang memengaruhi stabilitas kawasan.

Penguatan ketahanan nasional menjadi elemen penting untuk menjaga kepentingan strategis Indonesia di tengah perubahan tatanan dunia yang bergerak menuju multipolaritas.

Modernisasi pertahanan menjadi salah satu pilar utama dalam memperkuat ketahanan nasional Indonesia.

Dengan mengembangkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan meningkatkan profesionalisme TNI, Indonesia dapat memastikan keamanan wilayahnya di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, seperti di Laut Cina Selatan.

Kolaborasi dengan mitra strategis melalui pelatihan militer bersama, dan pertukaran teknologi pertahanan, karuan saja menjadi langkah penting.

Dengan memperkuat kemampuan pertahanan, Indonesia dapat mempertahankan kedaulatan sekaligus memberikan kontribusi dalam menjaga stabilitas regional.

Bersambung, baca artikel selanjutnya Refleksi Geopolitik 2024 Tantangan dan Peluang bagi Indonesia (Bagian II-Habis)

Sumber