Remaja Korban Pencabulan Guru Ngaji Sebut Pelaku Pergi ke Serang
TANGERANG, KOMPAS.com - Remaja F (18) mengatakan, terakhir kali bertemu W (40), guru ngajinya, pada Jumat (29/11/2024) lalu.
F sebelumnya mengaku menjadi korban pencabulan W sebanyak tiga kali. Peristiwa pertama terjadi tujuh tahun lalu, saat F berusia 11 tahun atau duduk di kelas 6 sekolah dasar (SD).
"Terakhir ketemu pelaku itu Jumat (29/11/2024), setelah itu saya sudah enggak melihat dia lagi," ujar F kepada Kompas.com, Rabu (1/1/2025).
Dari kabar yang diterimanya, W diduga pergi ke Serang, Banten untuk menuntut ilmu di pondok pesantren di daerah tersebut.
"Dia pergi ke Serang. Katanya mau mondok lagi, masuk pesantren lagi. Dia mulai mondok dari Jumat (29/11/2024) sampai sekarang," kata dia.
Lebih lanjut, F menyatakan bahwa dirinya bersama korban lain telah melaporkan tindakan W ke Polres Metro Tangerang Kota pada Senin (16/12/2024).
Setelah laporan dibuat, polisi telah memulai proses pencarian terhadap pelaku. Menurut F, pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengumpulkan bukti tambahan untuk memperkuat kasus ini, termasuk melakukan visum terhadap para korban.
"Yang saya dengar, polisi sudah mulai bergerak mencari pelaku. Namun karena saya lapornya kemarin di akhir tahun, kata polisi mereka mau tutup buku dulu, baru awal tahun bergerak lagi," ujar F.
F menceritakan bahwa kasus ini dialaminya sekitar tujuh tahun lalu, saat dirinya masih berusia 11 tahun atau kelas 6 SD. F yang merupakan murid W dicabuli di kamar mandi rumah pelaku usai belajar mengaji.
"Saya diajak ke toilet. Terus saya dipegang-pegang sampai mengeluarkan cairan," ujar F saat ditemui Kompas.com di Sudimara Selatan, Ciledug, Kota Tangerang, Rabu (1/1/2025).
Usai tindakan pencabulan itu, F diberi uang oleh W sebesar Rp 50.000.
"Dia ngasih duit Rp 50.000, bilangnya buat jajan atau enggak buat beli rokok atau segala macam," kata dia.
Ketika itu, ia tak bisa berbuat banyak. F hanya mengambil uang pemberian W. Dia tak berani menceritakan kejadian ini ke keluarganya karena takut dengan W.
"Saat itu saya masih kecil, takut sama dia karenakan dia ustaz," jelas F.
Tujuh tahun usai insiden itu, F akhirnya memberanikan diri untuk bercerita kepada orangtuanya. Kejadian ini diungkap F setelah mendengar kabar adanya korban pencabulan lain dengan pelaku W.
Bahkan, menurut F, korban dugaan pencabulan W mencapai 30 orang yang seluruhnya merupakan murid laki-laki yang mengaji dengan pelaku.
"Usianya (korban) sekitar SD sama SMP, mungkin kelas 1 atau 2," ungkap dia.
Usai menceritakan kejadian ini, F dan orangtuanya langsung mendatangi rumah keluarga W pada Sabtu (7/12/2024).
Orangtua F menceritakan tindakan W terhadap anaknya. Namun, pihak keluarga W tidak percaya.
"Saya sempat cerita ke keluarga pelaku. Itu saya masih respons baik sama pihak keluarga pelaku, cuma dari pihak sana itu masih kurang percaya," kata F.
Bahkan, kata F, setelah mengadukan insiden ini, keluarga W malah memutarbalikkan fakta.
"Karena memang dari keluarga itu enggak ada yang tahu sama sekali kalau pelaku kata gitu, cuma tiba-tiba, selang dua hari, saya dengar nama saya sudah jelek. Mereka memutarbalikkan fakta bahwa saya yang melakukan hal pelecehan itu," tambah dia.
Merasa tak terima, F melaporkan tindakan W ke Polres Metro Tangerang Kota pada Senin (16/12/2024).
Dia melapor bersama korban dugaan pencabulan W yang lain. Bahkan para korban pun telah menjalani visum.
Hingga berita ini ditayangkan, Kompas.com masih terus berupaya untuk mengkonfirmasi peristiwa tersebut ke Polres Metro Tangerang Kota.