Rentetan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Sempat Terjadi Hujan Batu

Rentetan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Sempat Terjadi Hujan Batu

KOMPAS.com - Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa kali meletus dalam pekan ini.

Letusan mematikan terjadi pada Minggu (3/11/2024) sekitar pukul 23.57 Wita. Erupsi yang disertai hujan batu ini mengakibatkan sembilan orang meninggal dan merusak ribuan rumah warga.

Salah satu warga, Agnes Wungu Belen (60), mengatakan, sebelum erupsi terjadi, dirinya mendengar gemuruh dari arah gunung.

Beberapa saat kemudian, rumah Agnes dihujani batu. Ia dan keluarga segera berlindung di bawah meja.

“Malam itu kami duduk di bawah kolong meja. Kami pasrah dengan keadaan. Karena kalau kami lari, bisa saja kami terkena batu dari gunung,” ujarnya, Selasa (5/11/2024).

Sepanjang malam, Agnes dan keluarga tak tidur. Mereka baru berani keluar rumah pada Senin pagi, setelah merasa kondisi aman.

Saat keluar rumah, Agnes terkejut karena mendapati banyak rumah rusak terkena hujan batu.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hadi Wijaya menuturkan, letusan pada Minggu malam itu berjenis eksplosif, ditandai dengan ledakan kuat disertai muntahan material vulkanik padat, cair, hingga gas.

"Itu sampai ada lava pijar dan batu pijar berukuran besar. Itu di luar prediksi kami semua," ucapnya, Selasa.

Pada Selasa (5/11/2024), terjadi lagi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Emanuel Rofinus Bere, menjelaskan, erupsi berlangsung pada pukul 16.26 Wita.

"Dengan tinggi kolom abu teramati lebih 1.000 meter di atas puncak sekitar 2.584 meter di atas permukaan laut," ungkapnya di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Selasa.

Pada periode pengamatan pukul 06.00 Wita-12.00 Wita terjadi satu kali gempa embusan, tujuh kali tremor harmonik, dua kali vulkanik dangkal, dan satu kali tektonik jauh.

ANTARA FOTO/Mega Tokan Warga mengendarai sepeda motor dengan latar belakang erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024). PVMBG menyatakan Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada Kamis (7/11) pukul 10.48 WITA dengan tinggi kolom abu teramati 5.000 m di atas puncak. ANTARA FOTO/Mega Tokan/sgd/tom.

Lalu pada Kamis (7/11/2024), Gunung Lewotobi Laki-laki kembali meletus.

Petugas Pos PGA Lewotobi Laki-laki, Yohanes Kolli Sorywutun, mengungkapkan, pada pukul 06.00-12.00 Wita terjadi sembilan kali letusan dengan tinggi 500-8.000 meter dan warna asap hitam.

“Pada periode yang sama terjadi tremor letusan menerus dari pukul 10.40.47-11.54.51 dengan amplitudo 47.3,” tuturnya, Kamis.

Letusan ini membuat warga Desa Lewolaga, Kecamatan Titihena, Kabupaten Flores Timur, berhamburan. Warga berlarian karena abu vulkanik mengarah ke desanya.

Salah satu warga, Anastasia Adriyani, menyebutkan, letusan kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya.

“Sejak saya tinggal di Desa Lewolaga, yang saya rasakan erupsi kali ini lebih ngeri dari sebelumnya,” jelasnya.

Ia berharap agar warga desanya tetap waspada meski tinggal di zona aman.

“Kita selalu berharap agar erupsi ini segera berakhir dan warga bisa melakukan aktivitas seperti biasanya,” tandasnya.

 

Serafinus Sandi Hayon Jehadi/Kompas.com Pengungsi di SMA Negeri 1 Titehena, Desa Lewolaga sedang menyaksikan aktivitas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada Jumat (8/11/2024)

Keesokan harinya, Jumat (8/11/2024), Gunung Lewotobi Laki-laki meletus disertai gemuruh kuat.

“Gemuruhnya kuat sekali. Karena panik, saya tadi langsung keluar ke halaman sekolah,” terang Mia (33), pengungsi di SMA Negeri 1 Titehena, Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena, Flores Timur.

Ketika erupsi terjadi, aparat desa setempat mengimbau lewat pengeras suara agar para pengungsi segera memakai masker.

Petugas Pos PGA Lewotobi Laki-laki, Boby Lamanepa, menerangkan, erupsi terjadi pada pukul 13.55 Wita, dengan tinggi kolom abu yang teramati mencapai sekitar empat kilometer dari puncak atau sekitar 5.584 meter di atas permukaan laut.

Erupsi ini mengakibatkan hujan pasir dan kerikil di sejumlah desa, antara lain Dulipali, Klantanlo, Hokeng Jaya, Boru, Nawakote, dan Pululera.

Dok. PGA Lewotobi Laki-laki Gunung Lewotobi Laki-laki meletus pada Sabtu (9/11/2024) pukul 04.47 Wita

Gunung Lewotobi Laki-laki kembali bergolak pada Sabtu (9/11/2024).

Petugas Pos PGA Lewotobi Laki-laki, Emanuel Rufinus Bere, mencatat, letusan pada pukul 04.47 Wita ini disertai lontaran lava dan awan panas.

“Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 9.000 meter di atas puncak, sekitar 10.584 meter di atas permukaan laut,” terangnya, Sabtu.

Kolom abu tersebut condong ke arah barat daya, barat, dan barat laut.

Berselang beberapa jam kemudian, atau pukul 08.50 Wita, Gunung Lewotobi Laki-laki meletus kembali.

Kepala Pos PGA Lewotobi Laki-laki Herman Yosef Mboro, memaparkan, tinggi kolom abu teramati lebih kurang 6.000 meter di atas puncak sekitar 7.584 meter di atas permukaan laut.

“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut,” bebernya.

Serafinus Sandi Hayon Jehadi/Kompas.com Gunung Lewotobi Laki-laki muntahkan abu vulkanik setinggi 8 kilometer pada Jumat (8/11/2024)

Karena adanya peningkatan aktivitas vulkanis, status Gunung Lewotobi Laki-laki dinaikkan pada Level IV atau Awas.

“Tingkat aktivitas Gunung Api Lewotobi Laki-laki dinaikkan dari Level III (SIAGA) menjadi Level IV (AWAS), terhitung mulai 3 November 2024 pukul 24.00 WITA,” papar Kepala PVMBG Hadi Wijaya, Senin (4/11/2024).

Sementara itu, Badan Geologi Kementerian ESDM memperluas radius bahaya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki seiring peningkatan aktivitas vulkanisnya.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid membeberkan, perluasan radius bahaya berada pada sektor barat daya dan barat laut yang sebelumnya 8 kilometer menjadi 9 kilometer.

“Perubahan zona rekomendasi, terhitung mulai tanggal 9 November 2024 pukul 06.00 Wita,” sebutnya, Sabtu.

Sumber Kompas.com (Penulis Serafinus Sandi Hayon Jehadu, Agie Permadi | Editor Andi Hartik, Aloysius Gonsaga AE, Glori K Wadrianto, Robertus Belarminus, Teuku Muhammaf Valdy Arief)

Sumber