Riset Consensys: Kesadaran Masyarakat Indonesia terhadap Aset Kripto Terus Meningkat
Bisnis.com, JAKARTA - Kesadaran publik terhadap aset kripto di Indonesia disebut mengalami kenaikan pada 2024. Meski demikian, hal ini belum dibarengi dengan kenaikan pemahaman masyarakat terhadap aset ini.
Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan Consensys bekerja sama dengan YouGov. Survei tersebut melibatkan 1.041 responden Indonesia berusia 18-65 tahun
Menurut riset tersebut, kesadaran publik terhadap mata uang kripto di Indonesia naik 4% dibandingkan tahun lalu. Catatan ini menempati peringkat kedua tertinggi di Asia bersama Korea Selatan, setelah Turki.
Di sisi lain, meski kesadaran meningkat, 63% responden mengakui bahwa mereka belum sepenuhnya memahami konsep mata uang kripto.
"Hal ini menunjukkan perlunya pemberdayaan masyarakat Indonesia melalui pendidikan yang sederhana dan mudah diakses agar mereka lebih percaya diri dalam menghadapi era digital dan dunia mata uang kripto," jelas Co-Founder Ethereum dan Founder sekaligus CEO Consensys, Joseph Lubin dalam keterangan resmi, Jumat (13/12/2024).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran, survei ini juga menyoroti keamanan tetap menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia terkait mata uang kripto. Meski terdapat penurunan kecil sebesar 3% dibandingkan tahun lalu, Indonesia tetap menjadi negara paling sadar akan keamanan di Asia, dengan 89% responden sangat memperhatikan keamanan transaksi dan investasi mata uang kripto.
Laporan itu menegaskan pentingnya upaya berkelanjutan untuk mengatasi kekhawatiran ini dan membangun kepercayaan terhadap sistem desentralisasi.
Adapun, laporan Consensys juga mengungkap penurunan signifikan kepercayaan terhadap institusi keuangan tradisional dan layanan internet di Indonesia. Kepercayaan terhadap institusi keuangan—termasuk bank, layanan pinjaman, dan investasi—turun sebesar 14%. Saat ini, hanya 66% masyarakat Indonesia yang menganggap sistem ini penting.
"Temuan ini menunjukkan adanya indikasi pergeseran kepercayaan masyarakat dari sistem tersentralisasi, membuka peluang bagi alternatif desentralisasi untuk mendapatkan perhatian pasar jika mereka mampu mengatasi kekhawatiran tentang keamanan," jelas Lubin.
Tren utama lainnya adalah perubahan cara masyarakat Indonesia memandang kepemilikan digital. NFT yang awalnya lebih sering dikaitkan dengan aset seni dan kreatif, kini pemanfaatan blockchain sebagai alat untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif dan adil semakin meningkat.
Perubahan persepsi tersebut menunjukkan penerimaan yang lebih luas terhadap teknologi blockchain untuk aplikasi praktis, bukan hanya sebagai barang koleksi.
Dia mengatakan, peran penting blockchain dan desentralisasi dalam meningkatkan kepercayaan dan transparansi pengelolaan data tidak dapat diremehkan.
Dengan 83% responden secara global menekankan pentingnya privasi data, survei ini juga menunjukan kekhawatiran terhadap misinformasi, isu yang mendesak di tengah situasi politik global dan adopsi AI yang semakin meluas.
Dia melanjutkan, setiap tahun, pihaknya terus melihat tren positif untuk pertumbuhan dan adopsi kripto, web3, dan blockchain. Tahun 2024 adalah tahun yang monumental bagi kripto karena berbagai alasan—tetapi saya percaya kita berada di arah yang benar.
"Pemilu presiden AS baru-baru ini, misalnya, dapat mengarah pada kejelasan regulasi lebih lanjut. Saat dunia merangkul potensi desentralisasi dan kripto, industri ini siap mendukung dan memberdayakan gelombang pengguna berikutnya melalui pendidikan dan inovasi sambil menyelesaikan beberapa tantangan paling kompleks di dunia,” tambah Lubin.