RPH Kapuk Terapkan Isolasi dan Pengobatan untuk Antisipasi Babi Terjangkit Demam Babi Afrika

RPH Kapuk Terapkan Isolasi dan Pengobatan untuk Antisipasi Babi Terjangkit Demam Babi Afrika

JAKARTA, KOMPAS.com – Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kapuk, Jakarta Barat, memiliki mekanisme isolasi untuk mengantisipasi hewan ternak termasuk babi yang sakit saat tiba di Jakarta.

Menurut Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan, drh Hasudungan A Sidabalok, babi yang terindikasi sakit akan segera diisolasi dan dipisahkan dari hewan lainnya.

“Yang pertama, yang pasti kan (dinyatakan) tidak layak untuk dikonsumsi ya kalau misalnya suatu saat ketemu (ada hewan yang sakit) gitu kan,” ujar Hasudungan saat diwawancarai, Kamis (19/12/2024).

Jika ditemukan babi yang sakit, hewan tersebut akan diisolasi di kandang khusus yang terletak sekitar 100 meter dari kandang karantina utama.

Di lokasi ini, babi yang terinfeksi akan diberikan pengobatan oleh dokter hewan yang bertugas.

“Terus yang kedua, kita langsung melaksanakan tindakan pengobatan. Pengobatan kepada hewan tersebut (dilakukan) oleh dokter hewan (yang bertugas di RPH),” tambah Hasudungan.

Selain itu, RPH Kapuk juga telah menetapkan prosedur untuk penguburan hewan yang mati.

“Apabila mungkin sudah mati, ya otomatis kita harus laksanakan tindakan penguburan ataupun tindakan disposal yang sesuai dengan SOP,” kata dia.

Semua hewan yang masuk ke RPH Kapuk telah diperiksa kesehatan di daerah pengirimnya, dan setiap pengiriman dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).

Sesampainya di Jakarta, babi yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah, langsung diperiksa baik administrasi maupun kesehatan hewannya.

“Nanti dicek jumlahnya itu, jumlah dari babi yang sebenarnya ada di mobil itu. Misalnya 50, di suratnya juga tetap harus 50. Jadi, tidak ada ketidaksesuaian,” ujar Hasudungan.

Hewan yang tiba di RPH tidak langsung dipotong, melainkan dikarantina terlebih dahulu. Karantina ini berlangsung hingga kondisi kesehatan hewan dianggap baik, terutama bagi babi yang kelelahan akibat perjalanan jauh.

“Kalau misalnya ada indikasi sakit, ataupun mungkin kelelahan, nanti (babi) dimasukkan ke kandang karantina sementara. Jadi, yang dipotong itu yang benar-benar sehat,” jelas Hasudungan.

Hasudungan juga memastikan hingga saat ini, belum ditemukan kasus demam babi Afrika (ASF) di RPH Kapuk. Semua babi yang masuk ke Jakarta, sekitar 150-200 ekor per hari, telah melalui pemeriksaan ketat mulai dari asal pengiriman hingga saat disembelih di Kapuk.

“Biosecurity semua juga sudah kita laksanakan. Sama, dengan pemeriksaan kita, dokter hewan kita kan ada yang bertanggung jawab ya,” kata Hasudungan.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik terkait isu demam babi Afrika, karena penyakit ini tidak menular ke manusia.

“Ini kan tidak bersifat zoonosis ya. Jadi tidak menular ke manusia, penyakit ini kan tidak menular ke manusia. Jadi, sebenarnya kita juga tidak perlu panik ya,” ujar Hasudungan.

Terbaru, Badan Karantina Pertanian (Barantin) mengimbau pemerintah daerah untuk aktif mengendalikan penyebaran penyakit demam babi afrika (ASF) yang telah melanda beberapa daerah, termasuk Papua dan Sulawesi.

Sumber