Rupiah Ditutup Menguat Rp16.221 per Dolar AS Usai BI Intervensi Pasar
Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke level Rp16.221,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (20/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,56% atau 91 poin ke level Rp16.221,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,16%.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Misalkan, yen Jepang dan dolar Singapura ikut menguat masing-masing 0,43% dan 0,22%.
Selanjutnya, peso Filipina dan rupee India masing-masing menguat 0,32% dan 0,09%.
Di sisi lain, dolar Hong Kong dan dolar baru Taiwan mencatatkan penguatan masing-masing 0,02% dan 0,06%.
Selain itu, yuan China dan won Korea Selatan ikut mencatatkan penguatan 0,04% dan 0,29%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah bakal ditutup melemah di rentang Rp16.210 sampai dengan Rp16.270 per dolar AS, Senin (23/12/2024).
Ibrahim mengatakan penguatan rupiah kali ini ikut didorong melesetnya ekspektasi penurunan suku bunga dari bank sentral The Fed.
“The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan, tetapi mengisyaratkan akan mengambil jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat, dengan hanya dua kali penurunan lagi pada tahun 2025,” kata Ibrahim lewat keterangan resmi, Jumat (20/12/2024).
Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaksanakan intervensi pasar usai rupiah melemah ke level Rp16.312 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan, Kamis (19/12/2024).
Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Fitra Jusdiman menyatakan pihaknya terus memantau nilai tukar rupiah secara khusus dan mata uang negara lain secara umum.
"Sebagai dampak dari keputusan dan arah kebijakan Fed [Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat] semalam," ujar Fitra kepada Bisnis, Kamis (19/12/2024).
Bank Indonesia, sambungnya, juga tidak pasif memantau pasar keuangan global. Oleh sebab itu, Fitra menyatakan Bank Indonesia selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus.
"Antara lain melalui intervensi di spot, DNDF, dan pembelian SBN [Surat Berharga Negara] di pasar sekunder," ungkapnya.