Rupiah Melemah 1,02% Sepekan Saat Investor Asing Borong SBN
Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah terkulai di hadapan dolar Amerika Serikat pada perdagangan pekan ini, 9—13 Desember 2024, bahkan menembus level psikologis Rp16.000.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,40% atau 64 poin ke posisi Rp16.008,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, Indeks dolar terpantau naik 0,15% ke posisi 107,11.
Di level tersebut, rupiah melemah 1,02% dari penutupan akhir pekan lalu di level Rp15.845 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menyampaikan nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp7,33 triliun sepanjang 9-12 Desember 2024.
Jumlah itu terdiri atas jual neto sebesar Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp8,84 triliun di pasar surat berharga negara (SBN), dan jual neto sebesar Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data setelmen sampai dengan 12 Desember 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp22,78 triliun di pasar saham, Rp38,63 triliun di pasar SBN dan Rp171,36 triliun di SRBI sepanjang tahun berjalan 2024.
Sementara itu, pada semester II/2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp22,78 triliun di pasar saham, Rp72,59 triliun di pasar SBN dan Rp41,01 triliun di SRBI.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ke level Rp16.008 terjadi setelah Bank Indonesia mengindikasikan intervensi untuk menopang mata uang.
“Rupiah mungkin memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak, sebelum Bank Indonesia merasa perlu untuk mengintervensi secara signifikan,” kata Mingze Wu, pedagang mata uang di StoneX Financial Pte Ltd di Singapura, dikutip Bloomberg.
Rupiah telah merosot lebih dari 5% pada kuartal ini karena dolar AS yang berbalik perkasa di hadapan mata uang Asia. Sementara itu, pemangkasan suku bunga Bank Indonesia yang diharapkan sebagian besar ekonom terjadi paling cepat minggu depan diperkirakan dapat menambah tekanan pada rupiah.