Rupiah Tersungkur, Ditutup di Level Rp16.312 per Dolar AS
Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.312 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (19/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 1,34% atau 215 poin ke posisi Rp16.312 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat tipis 0,01% ke posisi 107,765.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 1,16%, yuan China yang melemah sebesar 0,18%, won Korea melemah 0,93%, baht Thailand melemah 0,27%, ringgit Malaysia melemah 0,77%, rupee India melemah 0,14%, dan dolar Taiwan melemah sebesar 0,64%.
Sementara itu mata uang yang menguat di antaranya dolar Singapura menguat sebesar 0,17%, peso Filipina menguat 0,03% dan dolar Hong Kong menguat 0,02%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (19/12) mata uang rupiah ditutup melemah 215 poin ke level Rp16.312, setelah sebelumnya sempat melemah 220 poin ke level Rp16.097.
Sementara itu, dia memprediksi bahwa untuk perdagangan besok (20/12) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.300-Rp16.370.
"Rupiah semakin terdepresiasi begitu tajam, arah menuju Rp16.500 di akhir tahun kemungkinan terjadi," katanya.
Ibrahim menyampaikan bahwa Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25%- 4,50%, sekaligus mengindikasikan akan memperlambat laju siklus pelonggaran kebijakan moneternya.
Dia mengatakan bahwa para pejabat mengisyaratkan mengenai kemungkinan akan menghentikan pemangkasan suku bunga di masa mendatang mengingat pasar tenaga kerja dan inflasi yang stabil.
Menurutnya, suku bunga diperkirakan akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama setelah pemangkasan suku bunga pada Rabu (18/12/2024).
Dia menjelaskan bahwa pasar telah mengesampingkan kemungkinan pemangkasan pada Januari dan sekarang memperkirakan hanya dua pemangkasan lagi pada 2025, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yaitu empat kali.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pemangkasan lebih lanjut bergantung pada kemajuan dalam mengekang inflasi yang terus-menerus, yang mencerminkan penyesuaian pembuat kebijakan terhadap potensi pergeseran ekonomi di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang.
Selain itu, menurutnya Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga tetap, menandakan lebih banyak kehati-hatian atas prospek ekonomi Jepang dan arah inflasi. Bank sentral mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi akan meningkat pada 2025 dan tetap mendekati target tahunannya sebesar 2%.
Ibrahim mengatakan bahwa langkah BOJ mengecewakan beberapa investor yang berharap kenaikan suku bunga pada Desember ini, meskipun prospek suku bunga tetap stabil dalam waktu dekat menjadi pertanda baik bagi saham Jepang. Yen melemah setelah keputusan BOJ, yang juga menguntungkan sektor berorientasi ekspor.