Saat Pengungsi Erupsi Lewotobi Merindukan Rumah...

Saat Pengungsi Erupsi Lewotobi Merindukan Rumah...

FLORES TIMUR, KOMPAS.com – Ribuan warga lereng Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara (NTT) mengungsi setelah gunung tersebut mengalami letusan dahsyat pada Minggu (3/11/2024) malam.

Saat ini, mereka menyebar di enam posko pengungsian, rumah warga, hingga ke Kabupaten Sikka. Di tengah situasi sulit itu, salah satu hal yang paling dirindukan adalah suasana rumah.

Beberapa di antara mereka pun memilih kembali ke kampung halaman untuk sekadar melihat kondisi rumah.

“Yang paling dirindukan saat ini adalah suasana rumah,” ucap Delfis Henakin (28) warga Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang kepada Kompas.com, Sabtu (17/11/2024).

Delfis mengungkapkan, hampir dua pekan ia bersama keluarga mengungsi ke posko Lewolaga.

Sabtu (16/11/2024) pagi, ia kembali ke rumah di Dusun Wolorona, Desa Hokeng Jaya menggunakan mobil pikap.

Hokeng Jaya salah satu desa paling terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Delfis bercerita selama perjalanan ia diselimuti perasan cemas lantaran harus melintasi zona bahaya erupsi seperti wilayah Desa Dulipali dan Klatanlo.

Setiba di rumah, ia turun dari mobil lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Di situ hanya sebentar, mengecek keadaan rumah, lalu balik lagi ke lokasi pengungsian.

“Sekarang pulang lihat rumah, kami seperti pencuri. Kalau lama-lama di rumah, kami takut Gunung Lewotobi Laki-laki meletus lagi,” ucapnya.

Delfis menambahkan warga hanya bisa pasrah dengan kondisi. Mereka menunggu keputusan pemerintah. Mereka setuju direlokasi, asalkan aman dari bahaya.

Serafinus Sandi Hayon Jehadu/Kompas.com Warga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengungsi ke Posko Pengungsian Kobasoma, Kabupaten Flores TimurPengungsi lainnya, Rosalia Ocha (37) mengungkapkan hal serupa. Rosalia mengaku meski ia sangat merindukan rumah, namun lebih memilih bertahan di tempat pengungsian.

“Mau pulang ke rumah tapi takut,” ucap warga Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang ini.

Rosalia bercerita hampir setahun Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami erupsi. Letusan yang paling parah terjadi Minggu (3/11/2024) malam.

Dia ingat betul suasana malam itu. Angin kencang, hujan lebat, hingga gemuruh. Warga ketakutan dan melarikan diri. Sangat mencekam.

“Kami sekeluarga panik. Itu makanya kami masih takut mau pulang ke rumah,” tandasnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD FloresTimur, Avelina Manggota Hallan menyebutkan, per Sabtu (16/11/2024) warga yang mengungsi sebanyak 12.987 jiwa.

Avelina berujar pemerintah bersama semua pihak terus berjibaku memberikan pelayanan optimal kepada para pengungsi.

Pemeriksaan kesehatan dan trauma healing kepada anak-anak korban erupsi terus dilakukan oleh aparat kepolisian maupun relawan.

“Kita terus bekerja secara optimal,” kata dia.

Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Rakan menegaskan agar kebutuhan dan kesehatan pengungsi harus dipastikan secara baik.

“Pastikan tidak ada penyakit-penyakit yang muncul selama masa-masa pengungsian,” kata dia.

Dia juga meminta penentuan titik relokasi warga terdampak harus didahului dengan dialog bersama warga.

“Pastikan dalam menentukan titik lokasi yang baru ini untuk lebih dahulu berdialog dengan warga. Jangan sampai nanti sudah dibangun tapi tempatnya tidak ditinggali,” ujarnya.

Sumber