Sampah di Jateng 5,5 Juta Ton Per Tahun, DLHK Genjot 50 Desa Mandiri

Sampah di Jateng 5,5 Juta Ton Per Tahun, DLHK Genjot 50 Desa Mandiri

SEMARANG, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah menargetkan penambahan 50 Desa Mandiri Sampah (DMS) tahun ini sebagai upaya untuk menekan timbulan sampah tahunan yang mencapai 5,5 juta ton.

Kepala DLHK Jateng, Widi Hartanto, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 48 desa yang telah berpartisipasi dalam program DMS, dengan rencana penambahan 40 desa pada tahun 2024.

"Sekarang totalnya 88 desa yang sudah DMS. Tahun ini paling tidak nambah 50 DMS di Jateng. Artinya dari 5 aspek pengelolaan sampah itu sudah bisa ditangani oleh desa, ini upaya kita untuk mengurangi sampah," kata Widi saat dikonfirmasi, Minggu (5/1/2025).

Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga sebagai provinsi penghasil sampah terbanyak di Indonesia, setelah Jawa Timur dengan 6,1 juta ton dan Jawa Barat dengan 5,8 juta ton.

Widi menyebutkan bahwa 70 persen dari total timbulan sampah di Jateng adalah sampah organik.

"Timbulan sampah 5,5 juta ton per tahun, 70 persennya sampah organik," imbuhnya.

DLHK Jateng menargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen, meningkat dari target sebelumnya sebesar 20 persen.

Untuk mencapai target tersebut, Widi mendorong partisipasi DMS dan penambahan fasilitas pengolahan sampah di kabupaten dan kota, sehingga jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat berkurang.

"Jadi kalau nanti di desa sudah selesai, yang organik dijadikan kompos, yang anorganik dikelola, mudah-mudahan akan mengurangi beban TPA," lanjutnya.

Program DMS merupakan bagian dari inisiatif Pemprov Jateng yang sejalan dengan program nasional, yaitu kampung program iklim (proklim).

Widi menjelaskan bahwa proklim memberikan penghargaan kepada desa atau RW yang berkomitmen dalam pengelolaan lingkungan hidup, sementara DMS lebih fokus pada penghargaan bagi desa yang berhasil dalam pengelolaan sampah.

"Desa yang mengikuti DMS hanya membuang sekitar 20 persen residu sampah ke TPA. Artinya, tidak ada residu yang dibuang atau residunya sangat kecil, sekitar 20-25 persen. Bisa jadi yang dapat penghargaan DMS juga dapat penghargaan kampung proklim karena keduanya saling sinergi," tandasnya.

Saat ini, di Jawa Tengah terdapat 3.358 bank sampah unit, 26 bank sampah induk, 23 pusat daur ulang, 363 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R, 27 rumah kompos, dan 1.022 pengepul sampah.

Sumber