Sekjen PDI-P Pernah Diculik!

Sekjen PDI-P Pernah Diculik!

JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Panda Nababan, mengungkapkan bahwa Alexander Litaay, mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P, pernah menjadi korban penculikan.

Kejadian tersebut berlangsung selama 10 hari tanpa ada kabar apa pun dari Alexander.

Sejarah itu memenuhi ingatannya saat Sekjen PDI-P saat ini, Hasto Kristiyanto, dijadikan tersangka dalam kasus Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR dan perintangan penyidikan eks kader PDI-P Harun Masiku.

Panda menyebutkan bahwa permasalahan yang sedang dialami partainya saat ini belum sebanding dengan kejadian masa lalu.

"Dengan apa yang terjadi sama PDI Perjuangan ini, lebih dari ini, kita alami lebih parah. Waktu Alexander Litaay dulu diculik. Diculik terus hilang," kata Panda Nababan saat ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025).

Ia menambahkan bahwa meskipun Hasto kini menjadi tersangka dan berulang kali dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), situasi tersebut masih tergolong ringan.

PDI-P menilai kasus Hasto ini tidak semata-mata terkait penegakan hukum, melainkan ada unsur politisasi.

"Jadi, kalau ini (Sekjen Hasto) dipanggil-panggil KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) begini enggak, enggak ada apa-apanya ini," ujarnya melanjutkan.

Menurut Panda, dari kasus penculikan Alexander, PDI-P sudah pernah lebih menderita ketimbang kriminalisasi lewat kasus hukum Hasto.

"Artinya lebih menderita dari sini sudah dialami PDI. Itu sekjennya, lho. Itu sampai 10 hari hilang," kata Panda Nababan.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa PDI-P ini telah mengalami ujian berulang kali dan selalu bisa melaluinya.

Panda pun mengungkit peristiwa kerusuhan 27 Juli atau Kudatuli, di mana kantor DPP PDI-P di Menteng diserang pada tahun 1996.

"Artinya partai ini sudah melewati itu. Sudah mengalami itu. Diserbu, sudah 27 Juli. Diusir-usir dari kantor. Jadi, kalau kesan saya, partai ini makin solid," ujar Panda.

Peristiwa penculikan Alexander Litaay juga pernah diungkap oleh putrinya, Natasha Alexandra Litaay, dalam sebuah video yang dirilis oleh Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI-P pada 10 Juli 2019.

Natasha mengisahkan bahwa peristiwa tersebut merupakan salah satu kenangan yang tidak terlupakan, di antara banyak pengalaman keluarganya bersama PDI-P.

"Yang saya ingat itu waktu kami kecil adalah ketika penculikan bapak. Itu kami harus berpindah-pindah rumah, berpindah-pindah lokasi, serta kami juga harus berhenti sekolah selama beberapa bulan. Itu sulit sih, tapi ya harus kami jalanin," kata Natasha.

Dia juga menceritakan bahwa peristiwa tersebut mengajarkan banyak hal, termasuk pentingnya bertahan di tengah situasi sulit.

"Saya ingat sekali waktu bapak membawa saya ke kantor kesekretariatan, yaitu di Condet. Di situ kantor di Condet, disegel. Tetapi disegel itu akhirnya ya nggak berhenti sampai di situ, terus mencari tempat-tempat yang lain agar kesekretariatan tetap berjalan," ucap dia.

"Karena harus berkomunikasi dengan wilayah-wilayah, dan harus berkonsolidasi dengan DPD, dengan DPC, dengan seluruh wilayah Indonesia. Karakter bapak itu orangnya satu, beliau itu keras. Yang kedua, beliau itu tegas. Yang ketiga, beliau itu sangat perhatian," imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, KPK menetapkan Hasto sebagai tersangka dugaan suap bersama-sama mantan kader PDI-P Harun Masiku.

Hasto diduga turut memberikan uang suap kepada eks Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan agar kader PDI-P Harun Masiku menjadi anggota DPR periode 2019-2024 lewat mekanisme pergantian antarwaktu (PAW).

Selain itu, Hasto juga diduga menghalang-halangi proses penyidikan terhadap Harun yang berstatus buron sejak 2020.

Sumber