Semangat Belajar Tak Sebanding dengan Keselamatan, Dompet Dhuafa dan Matahari Store Pugar MDTA Al-Khairiyah
KOMPAS.com - "Bu! Saya enggak mau sekolah dululah. Takut bangunannya mau roboh," demikian ucapan dari salah satu anak yang begitu menohok hati Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Khairiyah, Rosita.
Rosita menyadari, bangunan yang menjadi tempat belajar agama bagi puluhan siswa itu sangat berpotensi mencelakai orang yang ada di dalamnya.
Bangunan yang telah berusia puluhan tahun tersebut mengalami kerusakan parah pada atap sehingga berpotensi membahayakan keselamatan siswa.
Selain itu, kayu-kayu, jendela, lantai, serta fasilitas belajar seperti meja, kursi, dan papan tulis juga dalam kondisi tidak layak guna.
Meski kondisi bangunan memprihatinkan, semangat belajar mengajar di sekolah Desa Tegalsari, Walantaka, Kota Serang tersebut tetap tinggi.
Sebagai perempuan pegiat sosial, Rosita mengungkapkan, pihaknya memiliki 65 siswa dengan enam tenaga pengajar.
Pelajaran yang di sekolah tersebut adalah materi-materi keagamaan, seperti fikih, akidah, akhlak, hadis, Al Quran, dan lainnya.
Sementara itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) secara aktif dilakukan pada setiap hari Senin hingga Kamis dari pukul 14.00 hingga 16.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Bagi Rosita dan lima guru lainnya, pihak sekolah sebenarnya tak ingin memaksakan siswa-siswa untuk tetap belajar, terutama dalam kondisi cuaca buruk dengan alasan keselamatan.
Namun, sebagian besar siswa tetap ingin berangkat sekolah. Pada kasus-kasus seperti itu, para guru terpaksa memindahkan tempat KBM ke masjid, mushola, atau rumah warga untuk menghindari risiko atap runtuh.
"Kami (guru-guru) jadi makin semangat mengajar. Anak-anak dan orangtua berharap jangan sampai sekolah libur. Mereka harus terus belajar,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (28/10/2024).
Perempuan yang sudah menjabat selama lima tahun di MDTA Al-Khairiyah itu mengatakan, semangat anak-anak sangat tinggi. Meskipun angin kencang dan hujan turun, mereka tetap berangkat.
Lebih lanjut, Rosita mengatakan, para guru MDTA Al-Khairiyah datang mengajar dengan sukarela.
Mereka tidak mengharapkan gaji. Namun, beberapa orangtua siswa tetap ingin mengumpulkan infak sebagai apresiasi bagi para pengajar anak-anaknya.
Infak yang terkumpul itu dikelola Rosita untuk diberikan kepada para guru, setidaknya sebagai pengganti ongkos perjalanan mereka.
“Penting untuk mendidik anak-anak agar keimanan dan takwa tertanam untuk bekal nanti di akhirat," ucapnya.
Perempuan yang juga relawan program kesehatan Dompet Dhuafa itu pun bersyukur karena sekarang MDTA memiliki donatur dari para pelanggan Matahari Store yang mau membangun ulang sekolah itu.
“Sebenarnya mah sudah tidak layak bangunan ini dipakai sekolah. Berhubung tidak ada lagi di sekitar sini sekolah diniyah (agama), ya, mau nggak mau harus terus dilanjutkan. Apalagi anak-anak juga semangat belajarnya,” jelas Rosita.
DOK. Humas Dompet Dhuafa Pada Rabu (16/10/2024), Dompet Dhuafa dan Matahari Store memulai renovasi sekolah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Khairiyah di Tegalsari, Walantaka, Kota Serang.
Kabar baiknya, Dompet Dhuafa dan Matahari Store kembali menjalin sinergi untuk memberi dukungan pada pendidikan Indonesia.
Upaya penguatan dan peningkatan kualitas pendidikan anak-anak bangsa kali ini tertuju pada renovasi bangunan MDTA Al-Khairiyah, tempat Rosita mendidik anak-anak muridnya.
Pada Rabu (16/10/2024), proses renovasi sekolah dimulai. Dengan antusiasme tinggi, warga sekitar turut membantu membongkar atap dan genting yang rusak.
Hal itu menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka.
Masyarakat pun sudah lama menginginkan sekolah itu direnovasi agar anak-anaknya dapat belajar dengan nyaman dan tenang.
Bidang Program Pendidikan Dompet Dhuafa Banten Zamakhsyari mengatakan, target proses renovasi itu akan selesai dalam beberapa bulan ke depan.
Selain melakukan pemugaran terhadap bangunan 3 ruang kelas, Dompet Dhuafa juga akan mengupayakan untuk menyediakan ruang toilet yang memadai.
Dengan begitu, ketika siswa ingin buang air kecil maupun besar saat jam pelajaran berlangsung, mereka tak perlu pulang ke rumah seperti yang selama ini dilakukan.
Athar Ibrahim Khalaffaith, salah satu siswa MDTA Al-Khairiyah kelas 4, mengaku senang belajar di sekolah tersebut, terutama pelajaran hadits.
Namun, dia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan kondisi bangunan yang rusak.
"Belajar nyaman saja karena suka. Sekolah di sini seru, bikin betah. Guru-guru juga baik, tetapi takut dikit karena bangunan, terutama atap yang sudah rusak," ucap penghobi sepak bola itu.
Athar pun menceritakan bahwa untuk menuju sekolah, ia hanya butuh berjalan kaki. Jarak rumah dan sekolah yang begitu dekat menjadi alasannya.
Jika berhasil direnovasi, dia yakin MDTA Al-Khairiyah akan menjadi tempat belajar yang nyaman dan aman. Ia pun berjanji akan semakin giat dalam memperdalam ilmu-ilmu agama di sana.
Sama halnya dengan Athar, seorang siswi kelas 3, Nazma Anindya Putri juga mengaku merasa nyaman bersekolah MDTA Al-Khairiyah.
Alasannya karena gurunya baik dan ramah, serta letaknya dekat dengan rumah. Namun sayang, kondisi bangunan yang tidak memadai kadang membuat Nazma merasa khawatir setiap kali belajar.
“Kalau hujan belajar pindah ke rumah guru. Nyaman sih, tapi sedikit was was, takut runtuh atapnya. Harapannya bisa diperbaiki agar lebih nyaman belajar," kata anak yang bercita-cita jadi dokter itu.
Dalam proses pembangunan ulang bangunan sekolah ini, Dompet Dhuafa mengapresiasi warga setempat yang antusias bergotong royong ikut membantu.
Sebesar apa pun bantuan yang digelontorkan Dompet Dhuafa dan Matahari Store untuk sekolah itu, semua tak akan berjalan lancar tanpa dukungan dari masyarakat setempat.