Senyum Lebar Yatinem Bisa Ikut Operasi Katarak, Saya Senang, Mau Lihat Cicit...

Senyum Lebar Yatinem Bisa Ikut Operasi Katarak, Saya Senang, Mau Lihat Cicit...

SLEMAN, KOMPAS.com - Yatinem duduk lemas di kursi roda pada ruang tunggu lantai lima, Queen Latifa Hospital, Sleman, Yogyakarta, Rabu (18/12/2024).

Seperti puluhan lanjut usia (lansia) lainnya, perempuan berusia 70 tahun itu datang pagi-pagi ke rumah sakit ini dari rumahnya di Berbah yang berjarak 19 kilometer. Ia diantar anaknya untuk menjalani operasi katarak.

Sejak dua tahun lalu, penglihatan kedua mata Yatinem kabur. Pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang beras di pasar maupun petani pun terganggu.

Karena gangguan pada matanya, ia bahkan sampai berulangkali terjatuh saat menggarap sawah.

"Enggak bisa ke masjid, enggak bisa jualan," kata Yatinem saat ditemui di lokasi, Rabu.

Memasuki tahun kedua, Yatinem sama sekali tidak bisa melihat. Kebutaan itu ia alami selama sekitar tiga bulan.

Yatinem kemudian menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk mengoperasi mata kanannya sekitar Februari lalu.

Sepuluh bulan kemudian, ia mendapatkan informasi dari pihak kelurahan dan Puskesmas bahwa Kementerian Sosial (Kemensos) menggelar bakti sosial operasi katarak. Ia bisa mengobati mata kirinya secara gratis.

Kegiatan ini yang rutin digelar, kali ini dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Kesetiakwanan Sosial Nasional (HKSN).

"Ya gratis to? Saya ya senang to? Orang enggak punya uang sedikit pun sekarang itu loh. Kalau dulu masih jualan," ujar Yatinem terkekeh.

Pasien katarak lainnya, Purwadi juga mengalami masalah serupa. Di usia yang ke 80 tahun, ia kelihalangan penglihatan mata kirinya.

Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh tani pun terganggu karena ia hanya bisa mengandalkan mata kanannya.

"Iya, kebalik gitu. Enggak jelas," ujar Purwadi saat ditemui.

Purwadi kemudian mendengar dari kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bahwa Kemensos menggelar bakti sosial operasi katarak gratis di Kabupaten Sleman.

Ia pun datang pagi-pagi ke Queen Latifa Hospital untuk mengakses layanan ini.

"Dari kader Posyandu," tuturnya.

Baik Yatinem maupun Purwadi adalah potret lansia dari masyarakat kelas bawah yang menghadapi penyakit katarak.

Mereka berharap setelah dioperasi kedua matanya bisa pulih seperti sedia kala. Dengan senyum hangat dan tampak bahagia, Yatinem ingin melihat cucu dan cicitnya tanpa katarak seperti dahulu.

"Lihat cicit, lihat cucu. Saya sudah punya cicit," kata Yatinem tersenyum lebar.

Sementara, Purwadi berharap setelah menjalani operasi hari ini pandangan kedua matanya bisa menjadi terang.

Dengan demikian, ia bisa mengais rezeki dengan pekerjaannya sebagai buruh tani.

"Maunya sehat lagi, saged ningali padang gemilang (bisa melihat dengan terang benderang)," ujar Purwadi.

Dokter spesialis mata Queen Latifa Hospital, Widya Prafitri Rasmiyati mengatakan, operasi katarak program kerjasama dengan Kemensos ini memprioritaskan pasien lansia.

Menurutnya, di Kabupaten Sleman penduduk berusia lanjut yang mengalami gangguan kesejatan usia tua cukup.tinggi, termasuk katarak.

KOMPAS.com/Syakirun Ni’am Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul meminta penderita katarak tidak usah terbebani pikiran biaya operasi di Queen Latifa Hospital, Sleman, Yogyakarta, Rabu (18/12/2024).

Program operasi katarak gratis, kata dia bisa meningkatkan taraf hidup penduduk yang berusia lanjut.

"Biar tidak mengganggu aktivitas dia sehari-hari. Jadi dia tidak butuh bantuan lagi (untuk beraktivitas)," tutur Widya.

Menurutnya, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sleman juga rutin menggelar bakti sosial operasi katarak dengan menggandeng mitra seperto Badan Zakat Nasional (Baznas), instansi lain hingga Kemensos.

Menurutnya, bakti sosial seperti ini sangat membantu biaya yang harus ditanggung penderita katarak.

Pasien harus menanggung biaya Rp 8 juta untuk satu kali operasi katarak jika ia membayar secara mandiri.

"Tapi kalau pasien-pasien BPJS itu klaim dari BPJS sekitar Rp 6,7 juta. Jadi ini sangat membantu," tuturnya.

Saat menunggu antrean operasi, puluhan pasien dihampiri Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dan wakilnya, Agus Jabo Priyono.

Setelah memperkenalkan diri, Gus Ipul meminta para pasien tidak usah merasa terbebani biaya operasi. Program ini memang ditanggung pemerintah.

"Enggak usah beban banyak, bismillah insyaallah," ujar Gus Ipul.

Ia menuturkan, jika dinyatakan lolos screening dan menjalani operasi, para pasien akan sembuh dalam waktu dua hari.

"Aihh tinggal tidur sembuh," ujar Gus Ipul.

Ditemui usai menyapa pasien dan meninjau secara langsung pelaksanaan operasi katarak di ruang operasi bersama Agus Jabo, Gus Ipul menyebut program ini sudah rutin dilakukan Kemensos beberapa tahun terakhir.

Kemensos menggandeng pihak non pemerintah untuk menggalang donasi guna membiayai operasi katarak.

"Kegiatan ini menjadi rangkaian kegiatan Kementerian Sosial, selama kurang lebih satu tahun terakhir ini sudah 11.000 lebih atau 11.300 lebih pasien yang mengikuti program operasi katarak," ujar Gus Ipul.

Berdasarkan keterangan dari pihak rumah sakit, kata Gus Ipul, biaya mandiri operasi katarak bisa menyentuh Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.

Oleh karena itu, Kemensos melaksanakan program ini secara gotong royong dengan berbagai pihak.

"Jadi tidak semua biayanya dari Kementerian Sosial, tapi ini juga ada bantuan dari lembaga-lembaga non-government yang berkuat kerjasama dengan kami," ujar Gus Ipul.

Sumber