Serangan di Gaza Tewaskan 71 Warga Palestina, Israel Klaim Menarget Hamas
GAZA, KOMPAS.com - Pasukan Israel kembali melancarkan serangan udara di wilayah Gaza. Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 71 warga Palestina tewas.
Menurut pejabat setempat, Israel melakukan 34 serangan udara di wilayah yang terkepung. Serangan itu juga menjadi salah satu yang mengerikan di Gaza dalam beberapa minggu terakhir.
Salah satu serangan terbaru menargetkan kamp tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi dan dilaporkan menewaskan 11 orang, termasuk kepala kepolisian Gaza, yang dikendalikan oleh Hamas, dan wakilnya.
Israel mengeklaim wakilnya adalah kepala pasukan keamanan Hamas di Gaza selatan, sebagaimana diberitakan The Independent pada Jumat (3/1/2025).
Diketahui, serangan itu menargetkan Al Mawasi, zona kemanusiaan bagi warga Gaza yang terusir dari rumah akibat pemboman dan penembakan Israel yang tiada henti selama 15 bulan terakhir.
Mahmoud Salah, direktur jenderal polisi Gaza, dan ajudannya Hussam Shahwan dilaporkan tengah memeriksa warga sipil yang tinggal di kamp tersebut ketika pasukan Israel menyerangnya.
"Dengan melakukan kejahatan pembunuhan direktur jenderal polisi di Jalur Gaza, pendudukan bersikeras menyebarkan kekacauan dan memperdalam penderitaan manusia di antara warga," kata Kementerian Dalam Negeri Gaza dalam sebuah pernyataan.
Militer Israel mengonfirmasi serangan di Al Mawasi, tepat di sebelah barat Khan Younis, dan mengeklaim bahwa Shahwan memimpin pasukan Hamas di Gaza selatan. Namun, mereka tidak menyebutkan kematiannya.
"Pengingat lain bahwa tidak ada zona kemanusiaan, apalagi zona aman," kata Philippe Lazzarini, kepala badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA dalam sebuah posting di X.
"Setiap hari tanpa gencatan senjata akan membawa lebih banyak tragedi," imbuh dia.
Selain itu, Pasukan Israel juga menyerang kantor Kementerian Dalam Negeri di Khan Younis, menewaskan sedikitnya enam orang, serta kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, kamp pantai Shati, kamp Maghazi di Gaza tengah, dan Kota Gaza.
Militer Israel mengatakan telah menargetkan anggota Hamas yang mengoperasikan pusat komando dan kendali yang tertanam di dalam gedung kotamadya Khan Younis di area kemanusiaan.
Sementara itu, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Israel masih mengizinkan hanya sedikit orang sakit dan terluka di Jalur Gaza untuk bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis yang menyelamatkan nyawa.
"Badan PBB tersebut telah membantu 5.383 pasien bepergian ke luar negeri sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023, tetapi sekitar 12.000 masih menunggu untuk pergi," ungkap Tedros dalam sebuah pernyataan Kamis.
"Semakin sulit untuk memindahkan pasien keluar sejak pasukan Israel mengambil alih dan menutup perbatasan Rafah pada Mei. Sejak itu, hanya 436 pasien yang telah meninggalkan Gaza," ujar Dr. Tedros.
Ia menambahkan, dengan kecepatan seperti ini, akan butuh waktu 5-10 tahun untuk mengevakuasi semua pasien yang sakit kritis ini. Termasuk ribuan anak-anak.
"Sementara itu, kondisi mereka terus memburuk dan bahkan beberapa di antara mereka ada yang meninggal," tandas Tedros.