Serba-serbi Kebaya yang Kini Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO

Serba-serbi Kebaya yang Kini Resmi Jadi Warisan Budaya UNESCO

Kebaya secara resmi telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO. Keputusan ini diumumkan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) di Asuncion, Paraguay, pada Rabu (4/12/2024).

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan kebaya diajukan secara bersama oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, hingga Thailand. Dengan ditetapkannya sebagai warisan dunia ini, harapannya dapat mendorong kesadaran masyarakat dalam melestarikan kebaya.

"Penetapan kebaya oleh UNESCO semoga dapat meningkatkan kesadaran global pentingnya pelestarian warisan budaya tak benda karena kebaya tak hanya sebuah simbol budaya, tetapi juga elemen pemersatu yang melampaui batas etnis, agama, dan negara," kata Fadli

Sebelumnya, Reog Ponorogo juga telah secara resmi terdaftar dalam Warisan Budaya Takbenda UNESCO. yang pengajuannya bersamaan dengan kebaya. Reog Ponorogo sendiri diresmikan dalam sidang ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay, pada Selasa (3/12/2024).

Mengutip dari situs Kemdikbud, kebaya adalah pakaian perempuan bagian atas dan dipakai bersama kain panjang atau sarung untuk bagian bawahnya. Kebaya merupakan pakaian untuk bagian atas, sementara bagian bawahnya disebut daing.

Kebaya (bagian atas) yang memiliki warna sama warna dengan daing (kain bagian bawah), baik corak dan warnanya disebut sebagai kabaya pasere. Biasanya, corak kain yang digunakan untuk kebaya berbunga-bunga kecil dan bukan bunga yang besar-besar.

Oleh masyarakat di Indonesia, kebaya sering dipakai pada acara-acara resmi, seperti upacara-upacara kelahiran anak (selamatan, khitanan, gunting rambut dan lai-lain), acara pernikahan, hingga acara kedukaan/kematian.

Mengutip dari IndonesiaBaik, kemunculan kebaya di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak sekitar abad ke-15 atau 16 Masehi. Istilah "kebaya" sendiri diketahui berasal dari kata "abaya," yang dalam bahasa Arab berarti jubah atau pakaian. Istilah ini kemudian diserap dan berkembang menjadi nama pakaian khas Indonesia yang dikenal hingga saat ini.

Sebagai pakaian tradisional yang identik dengan perempuan Indonesia, kebaya memiliki makna filosofis yang dalam. Kebaya melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, sekaligus keteguhan yang menjadi karakter perempuan Indonesia.

Setiap detail yang ada pada kebaya memiliki arti dan simbol tertentu yang mencerminkan kepribadian perempuan. Misalnya, kebaya dengan model yang sederhana dan dipadukan dengan bawahan berupa jarik atau kain panjang menunjukkan kelembutan dan gerakan lemah gemulai. Hal ini menggambarkan perempuan Indonesia yang anggun dalam penampilan dan sikap.

Selain itu, lilitan kain bawahan yang ketat mengharuskan pemakainya bergerak dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Filosofi di balik hal ini adalah bahwa perempuan diharapkan untuk bersikap lembut dalam berbicara serta bertindak halus dalam berbagai situasi.

Potongan kebaya yang mengikuti lekuk tubuh atau melekat dengan pas juga menyiratkan pesan bahwa perempuan harus mampu beradaptasi dengan keadaan serta mandiri dalam menghadapi tantangan. Sementara itu, stagen atau ikat pinggang yang dikenakan pada kebaya memiliki filosofi yang mendalam dalam budaya Jawa. Stagen sering dihubungkan dengan "usus panjang," yang melambangkan kesabaran tinggi yang seharusnya dimiliki seorang perempuan.

Kebaya bukan sekadar pakaian, tetapi juga sebuah warisan budaya yang sarat makna dan mencerminkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

Sumber