Siapa Tokoh Pencetus Teks Sumpah Pemuda? Ini Profilnya
Hari lahirnya Sumpah Pemuda diperingati setiap tahun pada tanggal 28 Oktober. Beberapa tokoh terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda yang lahir melalui Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
Salah satu tokoh dalam kongres tersebut yang berperan sebagai pencetus naskah Sumpah Pemuda adalah Mohammad Yamin (Muhammad Yamin). Berikut profil singkat dari Muhammad Yamin.
Dikutip dari situs Ensiklopedia Kemdikbud, Mohammad Yamin (Muhammad Yamin) adalah politisi, ahli hukum, sastrawan, pemikir sejarah, ahli bahasa. Ia juga tokoh pergerakan nasional serta pernah menjadi Menteri Kehakiman, Menteri Pendidikan, Menteri Sosial dan Kebudayaan, Menteri Penerangan, serta Ketua Dewan Perancang Nasional.
Yamin juga berperan dalam penyusunan konsep dasar negara dan konstitusi Indonesia. Dalam Kongres Pemuda, ia berperan sebagai sekretaris sekaligus perwakilan pemuda dari Jong Sumatranen Bond.
Muhammad Yamin lahir pada tanggal 23 Agustus 1903 di Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatra Barat. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmodjo, putri seorang bangsawan dari Kadilangu Demak pada 1934.
Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangsih Yamin yang kemudian menikah dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari Mangkunegoro VIII.
Ayah Muhammad Yamin bernama Oesman Bagindo Khatib, seorang Mantri Kopi (koffeiepakhuismeerster) di Talawi juga sebagai Kepala Adat di Minangkabau. Ibu dari Muhammad Yamin bernama Siti Saadah yang berasal dari Solok. Muhammad Yamin memiliki istri dengan nama R.A. Siti Sundari dari Kadilangu, Jawa Tengah.
Awalnya, Muhammad Yamin bersekolah di Volkschool (Sekolah Rakyat) yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Setelah itu, ia pindah ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang setara Sekolah Dasar (SD) dan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya. Baik Volkschool maupun HIS adalah sekolah yang diperuntukkan bagi kalangan pribumi.
Tahun 1918, Yamin tamat dari HIS. Lulus dari HIS, Yamin dikirim orang tuanya ke Bogor, melanjutkan studi ke Sekolah Dokter Hewan. Tidak tertarik dengan pelajaran mengenai hewan dan penyakitnya, Yamin pindah ke Sekolah Pertanian, juga di kota Bogor.
Namun, di sekolah pertanian pun Yamin tidak betah. Yamin lalu pindah ke Solo, tepatnya ke Algemeene Middelbare School (AMS), jurusan Oostersch Letterkundige (Sastra Timur). Di sinilah, Yamin melanjutkan pendidikannya dan lulus pada 1927.
Dari AMS di Solo, Yamin melanjutkan studi ke Rechts Hogeschool di Jakarta. Selama kuliah, Yamin tinggal bersama-sama mahasiswa lain yang berasal dari beragam daerah di asrama Indonesische Clubgebouw, yang berlokasi di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta.
Muhammad Yamin meninggal di Jakarta pada 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di Desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Yamin kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1973.
Selain itu, Yamin juga memperoleh penghargaan Bintang Mahaputra RI, Tanda Penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Dharma Corps, serta Tanda Penghargaan Panglima Kostrad sebagai pencipta Petaka Komando Strategi Angkatan Darat.