Silsilah Kerajaan Demak, Ada 5 Raja yang Pernah Berkuasa
KOMPAS.com - Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak berdiri pada sekitar abad ke-15 dan merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Berdirinya Kerajaan Demak merupakan tonggak awal penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Dalam penyebaran agama Islam, Kerajaan Demak dibantu oleh tokoh Walisongo.
Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah pada tahun 1478, putra raja Majapahit dari seorang selir keturunan Tionghoa yang beragama Islam.
Salah satu yang melatarbelakangi berdiri Kerajaan Demak adalah kemunduran Kerajaan Majalahit.
Letak Kerajaan Demak cukup strategis, yaitu di pesisir utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Kerajaan Demak mengalami pergantian raja sebanyak lima kali.
Berikut ini adalah silsilah Kerajaan Demak.
Ada berbagai cerita mengenai asal-usul Raden Patah.
Berdasarkan versi Babad Tanah Jawi, ayah Raden Patah adalah Prabu Brawijaya V, raja Kerajaan Majapahit yang berkuasa antara tahun 1474 hingga 1498.
Adapun ibu Raden Patah bernama Siu Ban Ci, putri dari Syekh Bentong dengan Siu The Yo, seorang perempuan muslim yang berasal dari China. Ia menjadi selir Prabu Brawijaya V.
Jika ditelusuri dari garis ibunya, Raden Patah diyakini masih keturunan Rasulullah.
Syekh Bentong, kakek Raden Patah, merupakan tokoh ulama yang merintis Islamisasi Jawa dan menjadi sosok penting dalam hidup Raden Patah.
Raden Patah lahir pada tahun 1455 di Palembang, Sumatera Selatan.
Alasan Raden Patah terlahir di Palembang karena ibunya terusir dari istana Majapahit dalam kondisi hamil.
Konon dipicu, Ratu Dhawarawati, permaisuri Brawijaya V, merasa cemburu.
Bahkan permaisuri mengancam kalau Siu Ban Ci tidak disingkirkan, maka ia akan pulang ke ayahandanya.
Untuk itu, Prabu Brawijaya V terpaksa memberikan Siu Ban Ci kepada sepupunya yang bernama Arya Damar yang berada di Palembang.
Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Ban Ci kemudian menikah dengan Adipati Arya Damar dan memiliki anak yang bernama Raden Kusen.
Raden Patah memperoleh pendidikan yang layak di istana Adipati Palembang selama 20 tahun, sebelum dia pergi ke Jawa Timur bersama Raden Kusen.
Tiba di Jawa Timur, Raden Patah tinggal dan belajar di Ampel Denta di Surabaya bersama Sunan Bonang, Sunan Giri, dan Sunan Drajat yang dikenal sebagai bagian tokoh Walisongo.
Tidak berapa lama setelah itu, Raden Patah mendapat perintah dari gurunya, Sunan Ampel,untuk pergi menuju daerah barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindungi olehtanaman gelagah wangi.
Dalam perjalanannya, Raden Patah menemukan tempat yang dimaksud Sunan Ampel.
Tempat tersebut bernama Bintoro, sebuah kadipaten yang berada di bawah pemerintahan Majapahit.
Di sana, Raden Patah mendirikan pesantren yang diberi nama Gelagah Wangi dan aktif menyebarkan agama Islam dikalangan masyarakat setempat.
Dalam perkembangannya, wilayah tersebut semakin ramai dengan aktivitas perniagaan. Akhirnya, Raden Patah mengubah namanya menjadi Demak.
Bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit, Demak memisahkan diri dari kekuasaan pusatnya.
Secara resmi, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak sekitar tahun 1478.
Kerajaan Demak menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Raden Patah berkuasa sebagai raja Kerjaan Demak hingga wafat pada tahun 1518.
Setelah Raden Patah wafat, Kerajaan Demak dipimpin oleh sejumlah raja.
Adipati Unus (1518-1521 M)
Pasca Raden Patah meninggal, Kerajaan Demak diambil alih oleh menantunya yang bernamaAdipati Unus atau Pati Unus.
Pati Unus yang yang terkenal keberaniannya dalam berperang mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor.
Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka yang dikuasai oleh Portugis.
Dalam pertempuran tersebut, Pati Unus gugur dan digantikan Sultan Trenggana, raja ketiga Kerajaan Demak.
Sultan Trenggana (1521-1546)
Kerajaan Demak mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana.
Wilayah Kerajaan Demak meluas hingga Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada tahun 1527, Demak dan Cirebon yang dpimpin Fatahillah, laksamana Cirebon, berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa diganti Jayakarta yang berarti kemenangan sempurna.
Pada tahun 1546, Kerajaan Demak melakukan penyerangan ke Penarukan Situbondo, yang dikuasi oleh Kerajaan Blambangan.
Dalam pertempuran tersebut, Sultan Trenggana tewas terbunuh.
Sunan Prawata (1546-1549 M)
Setelah Sultan Trenggana wafat, perpindahan kekuasaan kepada Sunan Prawata,anak Sultan Trenggono, tidak berjalan mulus.
Pangeran Surowiyoto atau Pengaran Sekar, putra pertama Raden Fatah, berupaya mendudukikekuasaan Kerajaan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata.
Sunan Prawata menghabisi nyawa pangeran Surowiyono yang mengakibatkan surutnya dukungan terhadap Sunan Prawata.
Sunan Prawata kemudian memindahakan pusat kerajaan ke Pati.
Namun, masa kekuasaan Sunan Prawata tidak berlangsung lama.
Sunan Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang, putra Surowiyoto, pada tahun 1549 M.
Arya Penangsang (1549-1554 M)
Arya Penangsang berhasil menduduki takhta Kerajaan Demak, setelah menghabisi nyawa Sunan Prawata.
Dalam masa kekuasaannya, Arya penangsang juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat sebagai penguasa Jepara yang dianggap berbahaya untuk kekuasaannya.
Peristiwa tersebut membuat pada adipati Demak tidak senang, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang.
Arya Penangsang kemudian memindahkan Kerajaan Demak ke Jipang.
Terjadi pemberontaan antara Arya Penangsang dengan Hadiwijaya yang dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Sutawijaya (anak Ki Penjawi).
Arya Penangsang tewas dalam pemberontakan tersebut. Kedudukan raja Demak diganti oleh Hadiwijaya yang memindahkan kerajaan ke Pajang, yang menandai berakhirnya Kerajaan Demak.
Masa pemerintahan Arya Penangsang berakhir pada tahun 1554.
Berikut ini raja-raja Kerajaan Demak
Sumber
www.kompas.com (Penulis Ini Tanjung Tani | Editor Widya Lestari Ningsih)
www.kompas.com (Penulis Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti| Editor Widya Lestari Ningsih)
sma13smg.sch.id