Soal Wacana Libur Sekolah Saat Ramadhan, Orangtua di Yogyakarta: Sudah Banyak Libur

Soal Wacana Libur Sekolah Saat Ramadhan, Orangtua di Yogyakarta: Sudah Banyak Libur

Yogyakarta, Kompas.com - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengumumkan bahwa keputusan mengenai usulan libur sekolah selama Ramadhan 1446 Hijriah telah ditetapkan.

Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil rapat lintas kementerian yang melibatkan Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Menanggapi keputusan tersebut, Ardi, seorang orangtua murid SD di Yogyakarta, menilai bahwa libur satu bulan saat Ramadhan tidak efektif dan menganggap sudah terlalu banyak hari libur.

"Sudah banyak libur, kemarin Desember libur, Ramadhan mau libur lagi," ujarnya, Jumat (17/1/2025).

Ardi menambahkan bahwa selama libur, anak-anak biasanya tetap diberi tugas, sementara orangtua memiliki waktu untuk mengajari anak-anak mereka di malam hari.

"Orangtua bisa mengajari anak malam hari, kalau siang atau sore anak itu pasti main," jelasnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa terlalu lama libur akan menyulitkan anak untuk kembali semangat ke sekolah.

"Kalau alasan untuk fokus ibadah (libur Ramadhan) selama ini fokus-fokus saja. Selama ini kan pulang siang lalu sore dilanjut TPA, tetap jalan," ucapnya.

Rudiyanto, orangtua siswa SMA di Yogyakarta, memiliki pandangan serupa.

Ia mengatakan bahwa libur panjang justru membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan yang kurang produktif.

"Saya merasa libur panjang selama Ramadhan tidak akan efektif untuk anak-anak," katanya.

Kristiono, orangtua siswa SMP di Yogyakarta, juga menyampaikan keberatannya terhadap rencana libur sekolah selama Ramadhan.

Menurutnya, untuk menjaga kemampuan akademis, anak-anak perlu rutinitas belajar yang teratur.

"Libur panjang bisa membuat anak-anak lupa materi yang sudah diajarkan dan sulit untuk kembali fokus saat sekolah dibuka kembali," ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY, Suhirman, menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan dan aturan resmi dari pemerintah pusat.

"Kami masih menunggu keputusan final dari pusat. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang telah berkunjung ke Jogja," ucapnya.

Suhirman menjelaskan bahwa selama pertemuan dengan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Disdikpora diminta untuk menunggu keputusan resmi dari pusat.

Dia menambahkan, selama bulan Ramadhan, proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa, meskipun ada pemotongan waktu jam pelajaran.

"Biasanya satu jam pelajaran 45-60 menit, maka selama bulan puasa dikurangi menjadi 30-35 menit agar siswa tidak terlalu lelah saat pulang," tuturnya.

Sumber