Stranas PK Putar Film soal Ketidakadilan, Wamendagri Singgung Dampak Korupsi
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) menggelar screening film ‘Nyanyi Sunyi dalam Rantang’. Pemutaran film ini dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia).
Film garapan Sutradara Garin Nugroho yang berkolaborasi dengan Stranas PK ini menceritakan tentang kehidupan seorang pengacara yang diperankan oleh Della Dartyan. Dalam film itu, karakter Puspa, yang diperankan oleh Della, menangani kasus masyarakat kecil terlibat konflik dengan pemerintah.
Mulanya, Puspa menangani kasus seorang ibu yang dituduh mencuri buah Kakao. Ibu itu enggan menjual tanah kepada pemerintah sehingga terlibat kasus yang akhirnya menyebabkan dirinya dihukum penjara.
Kasus selanjutnya, Puspa kembali menangani kasus masyarakat kecil yang juga bersengketa dengan pemerintah. Dalam film itu, seorang petani jagung dikisahkan mengalami masalah karena mengganggu impor jagung.
Selain itu, tokoh Puspa menangani sengketa tanah adat yang hendak dilakukan pemerintah daerah. Secara keseluruhan, film ini menunjukkan permasalahan-permasalahan yang dialami masyarakat kecil ketika bersinggungan dengan kepentingan politik. Kasus yang dialami selalu berakhir pada penderitaan masyarakat kecil tersebut.
Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya yang hadir dalam pemutaran film mengatakan cerita yang ditampilkan menggambarkan kondisi di masyarakat. Dia menilai film itu menggambarkan dampak korupsi dan gratifikasi ke masyarakat.
"Cerita di film tadi betul-betul relate dengan kondisi yang ada gitu ya," ucap Bima Arya setelah menyaksikan film ‘Nyanyi Sunyi dalam Rantang’ di Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat, pada Senin (9/12/2024).
"Ini menggambarkan bahwa korupsi, gratifikasi, yang dilakukan tingkat elite itu dampaknya sampai begitu besar buat warga pada umumnya," kata Bima.
Bima menyebutkan film ini seharusnya ditonton pejabat seperti bupati, wali kota, hingga gubernur. Dia akan mendorong agar film ini disaksikan para pejabat daerah.
"Saya akan diskusikan dengan teman-teman di Kemendagri dengan Pak Menteri sejauh mana film ini bisa kita dorong untuk disaksikan para kepala daerah dan pejabat daerah," sebut Bima.
Sementara itu, Koordinator Harian Stranas PK Aminudin mengatakan film ini dibuat dengan latar belakang kisah yang terjadi di masyarakat. Dia menjelaskan film ini menunjukkan masyarakat tidak berdaya saat menghadapi kekuasaan.
"Dan ini menggambarkan paling tidak realitas kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Bagaimana masyarakat begitu tidak berdaya ketika menghadapi suatu kekuasaan yang tidak terkontrol," lanjutnya.
Melalui film ini, Amin berharap dapat menunjukkan kepada masyarakat pihaknya masih berpegang kepada kebenaran.
"Mudah-mudahan ke depan masyarakat bisa memahami bahwa kita tetap berpegang pada kebenaran pada keadilan," sebut Amin.
Adapun Sutradara Garin Nugraha menambahkan, film harus mampu membantu meletakkan fakta yang ada di masyarakat. Dengan cara itu, menurutnya, pemerintah akan terbantu dan menunjukkan kedewasaan melihat fakta.
"Film-film kita juga harus mampu membantu dengan cara cara kritis untuk meletakkan fakta-fakta yang ada di masyarakat," ungkap Garin.