Strategi Asosiasi Mengerem Klaim Kesehatan Asuransi Jiwa yang Melambung Tinggi
Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menjelaskan strategi yang perlu dilakukan perusahaan asuransi jiwa untuk mengatasi klaim kesehatan asuransi jiwa yang sedang melonjak tinggi.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG AAJI, Fauzi Arfan, menjabarkan klaim asuransi kesehatan sampai September 2024 melonjak 37,20% year on year (yoy) menjadi Rp20,91 triliun. Di sisi lain, premi asuransi kesehatan hanya sebesar Rp14,98 triliun. Hal itu membuat rasio klaim kesehatan asuransi jiwa mencapai 139,5%.
"Dari sisi internal perusahaan, para pelaku industri asuransi jiwa secara konsisten melakukan revieu terhadap produk asuransi kesehatan yang dimilikinya. Peninjauan kembali juga kami lakukan atas layanan yang diberikan oleh penyedia jasa layanan kesehatan dengan memberikan pilihan rumah sakit yang berkualitas sehingga kami bisa memastikan nasabah kami mendapatkan perawatan yang maksimal sesuai dengan kebutuhannya," kata Fauzi kepada Bisnis, Kamis (12/12/2024).
Selain itu, Fauzi menjelaskan AAJI terus berkoordinasi secara intensif dengan berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Kesehatan, serta penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit guna memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.
"Khususnya hal itu dilakukan dalam rangka menekan inflasi medis dan praktik over treatment guna menciptakan industri kesehatan yang lebih baik. Hal ini tidak hanya dilakukan untuk kepentingan industri asuransi jiwa tetapi juga untuk melindungi masyarakat yang berhak atas perlindungan dan pelayanan kesehatan yang baik," kata Fauzi.
Dia menyebut kondisi saat ini sedang terjadi inflasi kesehatan, adanya over treatment rumah sakit, serta kurangnya edukasi kesehatan yang saling terkait dan memerlukan pendekatan komprehensif.
Dengan kondisi seperti itu, Fauzi percaya solusi terbaiknya adalah dengan berkolaborasi melibatkan antarlembaga, termasuk perusahaan asuransi, rumah sakit, regulator, dan masyarakat itu sendiri.
"Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit dan pengelolaan kesehatan dapat mengurangi jumlah perawatan medis yang mahal. Program pencegahan penyakit seperti vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan rutin juga dapat membantu menurunkan biaya perawatan di masa depan," ujarnya.
Sementara pada kuartal IV/2024 ini, Fauzi mengatakan proyeksi premi dan klaim kesehatan asuransi jiwa hingga akhir 2024 akan bergerak dinamis mengingat berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi industri asuransi kesehatan.
Di tengah inflasi biaya kesehatan yang terus meningkat, kata dia, perusahaan asuransi akan menyesuaikan biaya produk dengan menaikkan premi untuk menyesuaikan kenaikan biaya klaim dan menjaga keberlanjutan bisnis.
Fauzi juga mengatakan perusahaan asuransi perlu mengoptimalkan teknologi, menawarkan produk yang lebih fleksibel, dan beradaptasi dengan regulasi untuk mengatasi tantangan serta memanfaatkan peluang yang ada.
"Meskipun terdapat tantangan besar seperti inflasi biaya dan overutilization, peluang besar juga terbuka melalui digitalisasi asuransi, pengembangan produk kesehatan preventif, dan kolaborasi dengan sektor kesehatan," tegas Fauzi.