Strategi dan Inisiatif PLN untuk Capai Target NZE 2060
KOMPAS.com - Subholding PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik, Nusantara Power, terus berupaya mengembangkan bisnis energi hijau dan energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Utama PT PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah memaparkan strategi besar PLN dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.
“Dalam rencana jangka panjang, kami sudah menyiapkan pembangkit-pembangkit baru yang semuanya EBT,” ujarnya dalam CEO Talks #1 with PLN di kanal Youtube Harian Kompas, Kamis (26/12/2024).
Rulu menyebutkan, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) PLN pada 2040, perusahaan hanya membangun pembangunan listrik yang zero emission atau mendekati zero emission atau minimal menggunakan gas.
“Gas itu hanya 25 persen. Tujuh puluh lima persen adalah energi baru terbarukan, entah itu dari angin, matahari, air, atau pasang surut air laut,” jelasnya.
Meski demikian, Ruly mengakui rencana itu tidak mudah dan memiliki tantangan besar. Salah satunya adalah kemampuan mengeksekusi proyek yang belum familier di Indonesia.
Dia mencontohkan, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau angin saat ini masih sedikit, tetapi potensi di Indonesia luar biasa.
“Nah itu akan kami tingkatkan kemampuan untuk membangun dan mengelola pembangkit jenis itu dan itu memberi memberi kontribusi yang cukup besar,” jelasnya.
Dia menyebutkan, sepanjang Pulau Sumatera dan pantai barat pantai selatan Jawa memiliki potensi angin yang cukup bagus untuk dibangun PLTB.
Namun, tantangan pembangkit EBT adalah tidak memiliki baseload yang stabil seperti energi batubara atau gas. Sebab, energi dari angin dan panas mengandalkan kondisi alam yang tidak stabil atau intermiten.
Meski tantangan itu berat, Ruly menyambut baik menurunnya harga panel surya dan baterai dalam beberapa tahun terakhir.
“Mudah-mudahan makin ke sini makin terjangkau harganya dan bisa dibiayai masyarakat. EBT adalah suatu keniscayaan, akan kita pakai 100 persen pada 2060 nanti,” ujarnya.
Penyediaan listrik telah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat. Lebih dari itu, pemenuhan energi juga menjadi prasyarat dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto.
Menghadapi target tersebut, Ruly mengatakan, PLN siap mendukung target tersebut dengan menargetkan produksi energi 6,3 gigawatt dalam 5-6 tahun ke depan.
Adapun Nusantara Power saat ini akan mengelola kapasitas 18,3 gigawatt, sehingga sepertiga dari target tersebut harus dikejar dalam 5-6 tahun mendatang.
"Dari kesiapan energi, saya yakinkan bahwa kami siap untuk mendukung ekonomi 8 persen," tegasnya.
Ruly mengatakan, Nusantara Power cukup dikenal di luar negeri sehingga dapat bekerja sama dengan berbagai perusahaan dalam mengejar target tersebut.
Bahkan, kata dia, para perusahaan tersebut mengaku puas dengan kerja sama tersebut dan ingin terus melanjutkan di proyek-proyek berikutnya.
“Susahnya cari partner yang berkualitas. Kalau yang minat banyak sekali. Mana yang berkualitas, mana yang bisa dipegang, mana yang membawa teknologi baru dan membawa manfaat buat kita, itu yang kami pilih,” jelasnya.
Di sisi lain, transisi energi bersih telah menjadi percakapan dunia internasional, baik pemerintah dan bisnis, sehingga tidak bisa dihindari.
Dengan target NZE 2060, Ruly berharap, nilai ekonomi pembangunan energi listrik EBT sudah tercapai sehingga masyarakat tidak terbebani perbedaan harga antara EBT dan fosil yang saat ini lebih murah.
“Jadi, kami akan berusaha efek transisi ini tidak membebani masyarakat,” ungkapnya.
Salah satu inisiatif Nusantara Power dalam menuju NZE 2060 adalah membangun PLTS Terapung Cirata di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.
Ruly mengatakan, PLTS Terapung Cirata adalah PLTS terapung pertama di Indonesia dan terbesar di Indonesia.
PLTS ini dibangun sebagai upaya penggunaan EBT skala besar secara bertahap agar skala ekonominya tercapai.
“PLTS Terapung Cirata mengurangi emisi sekitar 200 juta ton karbondioksida (CO2) per tahun. Ini upaya bertahap mengurangi emisi hingga nol pada 2060,” jelasnya.
Saat ini, kapasitas listrik PLTS Terapung Cirata mencapai 192 megawatt dan menggenangi 5 persen dari seluruh area genangan waduk.
Pemerintah pun sudah menyetujui area genangan dapat dimaksimalkan menjadi 20 persen sehingga produksi bisa menjadi empat kali lipat.
"Itu dalam rencana, nanti ada 600 megawatt atau 800 hektar genangan sehingga sepanjang mata memandang akan ada hamparan panel surya," ujarnya.
Dalam pembangunan PLTS itu, Nusantara Power juga menggunakan sekitar 90 persen tenaga lokal.
“Tenaga lokal dari tidak tahu apa-apa sampai terampil memasang panel surya mengambang di waduk. Mereka sudah terdidik. Jadi kalau nanti ada lagi, mungkin tenaga ini bisa kita manfaatkan jadi,” katanya.
Ruly menyampaikan, masyarakat pun sekitar harus bangga karena mereka telah menggunakan energi terbarukan.
Terkait pengembangan PLTS terapung, Ruly mengajak masyarakat bersama-sama merawat pembangkit listrik yang menjadi kebutuhan listrik.
Lebih lanjut, Ruly mengatakan, potensi pemanfaatan PLTS terapung sangat besar karena banyak waduk yang belum terutilisasi.
Oleh karenanya, Nusantara Power bersiap membangun banyak lagi PLTS terapung. Saat ini, perusahaan telah menyiapkan konstruksi di Waduk Karangkates, Malang, Jawa Timur dengan potensi kapasitas 100 megawatt dan Danau Trembesi di Batam dengan potensi kapasitas 35 megawatt.