Suara Pemenang Pemilu Makin Turun, Fenomena Putusnya Hubungan Pemilih dan Parpol

Suara Pemenang Pemilu Makin Turun, Fenomena Putusnya Hubungan Pemilih dan Parpol

JAKARTA, KOMPAS.com - Akademisi dari Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia (UI), Sri Budi Eko Wardani menyoroti presentase perolehan suara partai pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) semakin menurun setiap periodenya.

Ia pun mencontohkan PDI-P yang memiliki suara pada Pemilu 1999 yaitu 33 persen.

Perolehan suara sebesar itu tidak bisa diraih kembali oleh PDI-P hingga Pemilu terakhir 2024, meskipun partai banteng itu memenangi pemilu.

"Kita lihat dari tren pemenang pemilu itu, pemilu pertama itu PDI Perjuangan itu pemilu 1999, (suaranya) 33 persen, mendapatkan suara, tertinggi dan belum pernah dicapai lagi sampai sekarang," kata Sri Budi dalam acara "Launching Indeks Pelembagaan Partai Politik Parameter Ilmiah Membangun Parpol Modern di Indonesia", yang digelar di Kampus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Rabu (30/10/2024).

"Jadi pemenang pemilu kita itu bisa suaranya makin menurun jumlah persentasenya. Terakhir, PDI Perjuangan menang, tapi jumlahnya sekitar 22 persen suaranya. Gitu ya, jadi tidak pernah lagi dicapai nilai yang tinggi di tahun pemilu 1999," lanjut dia.

Dari situ, Sri Budi menilai bahwa telah terjadi fenomena baru dalam dunia politik Indonesia.

Fenomena yang dimaksud adalah keterputusan hubungan antara partai politik dan pemilih atau konstituen.

"Ini menunjukkan bahwa memang ada fenomena kuterputusan hubungan ya antara pemilih atau konstituen dengan partai politik," ungkap dia.

Tak dipungkiri olehnya, hal tersebut menjadi satu persoalan pasca reformasi.

Ia pun heran lantaran fenomena ini justru terjadi setelah parpol di Indonesia mengalami masa panjang orde baru yang dikenal otoritarian.

"Ketika dia reformasi terbuka, tapi menyisakan satu problem yaitu keterputusan hubungan antara partai dan konstituennya," tutur Sri Budi.

Oleh sebab itu, menurutnya, fenomena ini menjadi satu hal lain yang terjadi di era reformasi. Di mana kegundahan lebih banyak terjadi di era reformasi ketimbang harapan.

"Problem dari parpol kita memang problem dari representasi yang sangat senjang ya yang menurut kita bilang ini problem utama dari partai politik kita," ujar dia.

Sumber