Subsidi Mobil Perusahaan di Jerman Hambat Adopsi EV

Subsidi Mobil Perusahaan di Jerman Hambat Adopsi EV

Menelusuri distrik Bad Godesberg di Bonn, Jerman, akan terlihat banyak vila megah peninggalan awal abad ke-20. Jalanan juga dipenuhi dengan pohon-pohon tua yang menjulang tinggi, dengan daunnya yang berguguran di atas mobil-mobil yang terparkir di bawahnya. Dicat dengan warna hitam pekat, mobil-mobil ini adalah kendaraan berukuran besar dari produsen mobil ternama seperti Porsche, Mercedes, Audi, dan BMW.

Bad Godesberg di Bonn, Jerman, adalah lingkungan tempat tinggal dari banyak karyawan yang berpenghasilan tinggi yang bekerja di perusahaan besar, seperti Deutsche Telekom dan Deutsche Post, di mana mereka mendapatkan fasilitas berupa mobil perusahaan, bermerek ternama seperti Porsche, Mercedes, Audi, dan BMW.

Namun tidak lama lagi, kendaraan berbahan bakar bensin atau diesel akan mulai berkurang di distrik ini.

Sejak tahun lalu, perusahaan Deutsche Telekom, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara itu telah mengizinkan karyawannya untuk hanya mendaftarkan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) sebagai mobil perusahaan yang baru.

Mulai 2025, pembuat perangkat lunak Jerman, SAP, hanya akan mengizinkan mobil listrik dan hibrida sebagai mobil perusahaannya. Selain itu, perusahaan kimia BASF, juga hanya memiliki sekitar 320 BEV dari total hampir 1.600 mobil perusahaan.

"Kami telah menetapkan batas Karbondioksiada (CO2) untuk semua pesanan mobil perusahaan," kata BASF kepada DW dalam sebuah pernyataan. Itu berarti kendaraan dengan bahan bakar masih menjadi bagian dari armada perusahaan yang masih dapat dipesan.

Sementara model mobil hibrida banyak dikritik oleh para karyawan, karena sebagian besar perusahaan hanya memberikan kompensasi untuk tagihan bahan bakar konvensional, tetapi tidak untuk biaya listrik pengisian daya.

Akibatnya, mobil-mobl hibrida itu jarang digunakan dalam mode listrik. Dan karena mobil itu menggunakan baterai onboard, membuatnya jauh lebih berat. Mobil hibrida juga sering kali memiliki jejak karbon yang lebih buruk daripada mobil berbahan bakar standar.

Sementara SAP telah mengatasi masalah itu dengan mengizinkan kartu pengisian untuk bahan bakarnya untuk digunakan baik mengisi bahan bakar maupun pengisian daya.

Dua dari tiga mobil baru yang terdaftar di Jerman dibeli oleh badan usaha. Hampir setengahnya adalah mobil perusahaan yang dapat digunakan oleh karyawan untuk keperluan bisnis dan pribadi.

Mobil-mobil tersebut biasanya hanya digunakan selama beberapa tahun dan kemudian dijual kembali ke pasar mobil bekas, di mana kendaraan itu akan terus memberikan dampak pada emisi keseluruhan selama bertahun-tahun.

Menurut organisasi nirlaba Eropa yang mengadvokasi kendaraan berkelanjutan, Transport & Environment (T&E), mobil perusahaan menyumbang tiga perempat dari emisi yang dihasilkan oleh seluruh mobil baru.

Selain itu. banyak perusahaan Jerman kini juga semakin memilih mobil berukuran besar, kata organisasi T&E, di mana satu dari tiga mobil baru yang terdaftar saat ini adalah model SUV, atau setidaknya kendaraan berukuran medium.

Meskipun pemerintah Jerman bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi hingga nol pada 2045, tetapi sejauh ini bidang bisnis belum banyak membuat kemajuan ke arah itu. Pada paruh pertama 2024, hanya ada sekitar 12% mobil perusahaan baru yang terdaftar di Jerman yang sepenuhnya bertenaga listrik .

Menurut studi terbaru dari Environmental Resource Management (ERM) yang ditugaskan oleh T&E, pemerintah Jerman setiap tahunnya mensubsidi mobil berbahan bakar fosil yang dibeli perusahaan sebesar €13,7 miliar (sekitar Rp233,3 triliun).

Studi ERM juga menunjukkan bahwa, diantara enam negara yang menjadi pasar mobil terbesar Eropa, Jerman menjadi negara kedua teratas dalam hal pemberian subsidi tersebut, di mana Italia menjadi urutan pertama yang memberikan subsidi swebesar €16 miliar (sekitar Rp272,4 triliun).

Sementara, total dari enam negara teratas pemberi subsidi mobil berbahan bakar fosil, yang berbahaya bagi lingkungan itu, menghabiskan sekitar €42 miliar (sekitar Rp715 triliun) per tahun.

Pada akhir tahun lalu, pemerintah Jerman juga telah menghentikan subsidi mobil listrik bagi masyarakat umum, di mana Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing berpendapat, "menciptakan pasar secara permanen dengan subsidi bukanlah solusi."

Wissing juga mengatakan, pasar mobil listrik harus bisa bertahan secara mandiri. Pada saat bersamaan, ia justru menolak untuk menghentikan subsidi pada mobil perusahaan, baik mobil listrik maupun konvensional.

Lambatnya transisi armada perusahaan di Jerman ke kendaraan listrik telah membebani penjualan mobil listrik dari produsen-produsennya karena rendahnya permintaan, kata Susanne Goetz, seorang ahli dari T&E.

"Merek-merek seperti Volkswagen (VW) dan BMW menghasilkan 70% penjualan mereka di Eropa tahun lalu di pasar mobil perusahaan, jadi potensinya sangat besar," katanya kepada DW.

Industri otomotif Jerman sendiri sangat mendukung transisi ke energi listrik. "Mobil perusahaan adalah dorongan besar bagi penyebaran kendaraan listrik yang ramah untuk lingkungan dan jalanan di Jerman," kata Hildegard Mller, presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA).

Namun, pandangan ini tampaknya belum sepenuhnya diadopsi oleh para pelaku bisnis, termasuk BMW. Menanggapi pertanyaan DW mengenai mobil perusahaannya, perusahaan itu mengatakan "Saat ini kami tidak merasa perlu untuk mengintervensi pilihan kendaraan bagi para eksekutif kami." Tidak mengherankan jika kurang dari sepertiga mobil perusahaan BMW sepenuhnya bertenaga listrik.

Subsidi mobil perusahaan ini juga utamanya menguntungkan 10% populasi terkaya, kata World Wildlife Fund (WWF). Sebuah studi bersama dengan organisasi lingkungan hidup, peneliti menemukan bahwa mobil perusahaan digunakan oleh karyawan yang pendapatan tahunannya melebihi €80.000 (sekitar Rp1,4 miliar).

Baru-baru ini, pemerintah Jerman mengeluarkan "Inisiatif Pertumbuhan", di mana perusahaan ditawarkan penghapusan pajak yang lebih cepat jika berinvestasi pada BEV dan kendaraan bebas emisi lainnya.

Kepala Departemen Iklim dan Energi WWF Jerman, Viviane Raddatz, menyarankan agar pemerintah mengenakan pajak pada kendaraan, berdasarkan emisi CO2 yang dihasilkan, di mana semakin kecil emisi, semakin kecil pula pajaknya.

Langkah-langkah lain, seperti mempromosikan sepeda perusahaan atau tiket transportasi umum, juga dapat membantu mengurangi emisi, kata Raddatz kepada DW. Selain itu, pemberian subsidi untuk kendaraan listrik juga mampu mengatasi masalah keterbatasan lahan parkir di kota-kota besar di Jerman, tambahnya.

Artikel ini diadaptasi dari bahasa Jerman

Sumber