Suka Anabul, Pria Ini Pilih Jadi Pawang Anjing Pelacak Bea Cukai
Menjalani pekerjaan yang sesuai dengan passion tentu saja menjadi impian sebagian besar orang. Hal itulah yang turut dirasakan oleh dog handler (pawang anjing pelacak) di Regional Dog Training Center (RDTC), Pamungkas Tri Raharjo.
Kecintaannya akan anak-anak bulu atau anabul membuat pria yang berasal dari Mataram, Nusa Tenggara Barat ini mengaku bercita-cita sebagai pawang sejak 2016 lalu. Sekitar 2018, ia pun memutuskan untuk mendaftar profesi tersebut.
"Saya tidak tau dengan yang lainnya, tapi bagi orang yang pecinta hewan berkaki empat khususnya kucing atau anjing, untuk bekerja seharian sama hewan tersebut rasanya asyik. Dari pagi udah ketemu sama anabul," kata Pamungkas, ditemui detikcom di RDTC Jakarta, Kamis (24/10/2024).
"Sore sebelum kita balik ke kamar atau balik ke kosan. Kita ngasih makan dulu baru balik," sambungnya.
Awal karier-nya pada 2018, Pamungkas ditempatkan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur. Setahun setelahnya, ia ditempatkan di Kantor Wilayah Jawa Tengah yang berlokasi di Semarang.
Selama kurang lebih empat tahun di Semarang, Pamungkas mengatakan ia melakukan penangkapan barang bukti lebih dari puluhan kilogram narkoba. Lebih lanjut, minimal barang bukti yang pernah ia gagalkan sebanyak 400 gram.
"400 gram minimal. 400 gram, pernah 600 gram, 800 gram, seperti itu. Yang paling banyak itu 4 - 5 kilo," kata Pamungkas.
"Jadi barangnya (narkoba) ditaruh di pigura, ada dua figura. Itulah yang paling banyak waktu kami tangkap pada 2021-2022," sambungnya.
Selama bekerja sebagai pawang, Pamungkas mengaku lebih banyak ‘suka’ daripada ‘duka’nya. Sebab, dari bangun tidur hingga tidur lagi ia bertemu anjing yang merupakan binatang favoritnya.
Di samping itu, rutinitas yang ‘itu-itu’ saja membuat Pamungkas mengaku bosan. Oleh karenanya, ia harus selalu menyiapkan strategi saat dirinya mengalami hal tersebut.
"Karena kegiatan rutinitas yang sama bagi sebagian orang itu, mungkin akan merasa bosan. Paling itu aja. Ya untuk mengatasi rasa bosan itulah kita pintar-pintar," kata Pamungkas.
Kini, Pamungkas tinggal di mess RTDC yang terdiri dari tiga lantai bersama sang istri. RDTC sendiri adalah entitas regional World Customs Organization (WCO) yang bertujuan memberikan dukungan dalam pengembangan kapasitas anjing pelacak dan personil terkait di wilayah-wilayah yang menjadi anggota.
Selain mess, para handler juga dibekali fasilitas seperti lapangan sepakbola, lapangan basket, lapangan tenis, kolam renang di Komplek Olahraga Bojana Tirta, belakang Kantor Pusat DJBC. Ada juga lapangan badminton, lapangan pingpong, fitness center, studio musik di lantai 15 Gedung Kalimantan Kantor Pusat DJBC yang bisa dinikmati oleh para handler.
"Jadi kalau orang bilang, ‘do what you love and love what you do’, ya menjadi pawang-lah bagi saya," kata Pamungkas.
Dengan adanya RDTC di Indonesia, selain memperkuat sistem pengawasan dalam menghadapi tantangan kejahatan lintas negara, juga membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam pelatihan K-9 secara internasional. Perlu diketahui juga, RDTC juga merupakan pusat pelatihan anjing pelacak Bea dan Cukai terbesar se-Asia Tenggara.