Sulit Cari Kerja di Desa, Warga Purworejo Putuskan Ikut Transmigrasi ke Sulawesi Selatan
SEMARANG, KOMPAS.com - Lantaran sulit mencari kerja, seorang warga Purworejo bernama Endaryanto (40) nekat mendaftar program transmigrasi ke Sulawesi Selatan.
"Karena memang di desa saya sulit mencari pekerjaan, kalau di sana (Sulsel) kan peluangnya banyak," ungkap Endaryanto saat pelepasan peserta transmigrasi di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kamis (5/12/2024) sore.
Pelepasan peserta yang terdiri dari 52 KK dengan 200 jiwa itu dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman.
Untuk diketahui, Endaryanto merupakan warga Desa Jatirejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dia bersama istri dan dua anak balitanya akan berpindah ke Mahalona, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Selama ini, ia bekerja sebagai buruh pembuat gula aren di kampungnya. Namun penghasilan yang pas-pasan membuatnya memilih mengadu nasib dengan program itu.
"Saya pembuat gula merah aren. Itu buruh sama orang tua, kita bagi hasil," ujar dia.
Pasalnya pemerintah menjanjikan jatah hidup berupa sembako selama satu tahun di lokasi tujuan transmigrasi. Kemudian tempat tinggal, lahan seluas 2 hektare, dan akses pendidikan bagi peserta yang memiliki anak.
"Saya dengar dari teman yang sudah ikut program ini di Sulsel, makanya mau coba ikutan juga," tutur dia.
Senada, Joko Kurnianto (31) warga Kebumen juga mengaku tidak bisa berkembang selama tinggal di daerah asalnya. Untuk itu dia berinisiatif mendaftar program transmigrasi yang bertujuan ke Lamandau, Kalimantan Tengah.
"Pengen berkembang hidup mandirilah, ini di tempat tinggal udah susah untuk berkembang," aku Joko.
Joko mengatakan penghasilan hariannya tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Apalagi dia tak memiliki lahan sendiri dan menggarap lahan orang lain sebagai buruh.
"Paling Rp 70.000 penghasilan harian. Sangat mepet, dapet sehari untuk dimakan sehari habis, makanya berkembang susah. Kalau yang punya lahan sih mending, kalau buruh kaya saya buat berkembang susah, makanya pengen punya lahan sendiri ke sana," beber dia.
Alhasil dia mengambil keputusan besar untuk bermigrasi dengan istri dan anaknya yang masih berusia 3 tahun.
Dia mengaku mendaftar program transmigrasi sejak 2018 setelah mendapat informasi dari kepala desanya.
Dia juga telah membawa bibit kacang-kacangan untuk ditanam di lahan yang dijanjikan di Kalteng. Sementara itu, istrinya telah mendapat pelatihan memasak di Banjarnegara agar dapat membuka UMKM di lokasi tujuan.
"Bibit yang saya bawa kacang-kacangan. Katanya disediain lahan 2 hektare, rumah sama fasilitas, pendidikan sekolah ada, sekolah disediain SD," imbuh dia.
Sebagai informasi, pelepasan 36 kepala keluarga itu berlangsung di halaman Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kamis (6/12/2024). Pada saat bersamaan, pelepasan transmigran asal Jawa Timur dilakukan secara virtual.
Selain bersama Iftitaf, Menko AHY juga didampingi Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno, dan Kepala Disnakestrans Jateng Ahmad Aziz. Mereka melepas peserta yang telah menaiki bus dengan pengibaran bendera.
“Mengakhiri tahun 2024 kita masih terus mengawal program transmigrasi yang diharapkan bukan sekadar memindahkan masyaraat menuju ke lokasi baru, ada yang Sumatera, ada yang ke Kalimantan, juga Sulawesi kali ini, tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan secara konkret,” kata AHY.