Sumpah Pemuda, Waka DPRD Jatim Ingatkan Soal Pengangguran-Kesehatan Mental
Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Deni Wicaksono mengingatkan pentingnya pemerintah provinsi untuk memberi atensi khusus pada pemberdayaan kaum muda, terutama untuk mengatasi tantangan dunia ketenagakerjaan agar angka pengangguran tidak semakin melonjak. Hal itu sebagai upaya untuk menjaga semangat anak muda di momen Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober.
"Sumpah Pemuda menjadi momentum bukan hanya untuk memperkuat persatuan kaum muda, tapi juga untuk menyatukan langkah menghadapi tantangan sektor kepemudaan, di antaranya terkait ketenagakerjaan dan mental health atau kesehatan mental," kata Deni dalam keterangan tertulis, Senin (28/10/2024).
Deni mengatakan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 3,74 persen, Pemprov Jatim harus terus menyiapkan anak-anak muda agar semakin berdaya saing. Apalagi, fakta juga menunjukkan bahwa lulusan SMK/SMA perlu mendapat perhatian agar terus bisa terserap di dunia kerja maupun membuka lapangan usaha sendiri.
"Tantangan era kecerdasan buatan menjadi hal yang harus disikapi serius. Siapkah anak-anak muda kita? Di mana peran Pemprov Jatim? Ini harus kita urai dan detilkan, diiringi langkah konkrit yang relevan," ungkap Deni.
Deni menilai selama ini Pemprov Jatim belum optimal dalam menyiapkan anak-anak muda untuk bisa menjawab tantangan dunia kerja terbaru. Di berbagai negara di dunia, terjadi ancaman peningkatan pengangguran karena penerapan kecerdasan buatan hingga robot dalam sistem manufaktur dunia yang telah menggerus penggunaan tenaga kerja.
"Jadi anak-anak muda di Jatim tidak butuh pencitraan yang seolah-olah pemerintahannya paham soal gig economy tapi hanya sekadar perkataan tanpa aksi konkrit di lapangan," ujar Deni.
"Kami benar-benar mengingatkan agar konfigurasi dunia ketenagakerjaan saat ini dan masa depan yang penuh dengan digitalisasi tidak membuat angka pengangguran terus bertambah. Daya saing menjadi kunci, dan itu PR kita bersama agar anak-anak muda semakin punya competitiveness, dengan penguasan sains yang mumpuni dan tetap punya karakter kuat khas Indonesia," sambungnya.
Tantangan kedua yang disorot Deni adalah pengelolaan kesehatan mental anak-anak muda di Jatim. Zaman yang berbeda telah membentuk pola perilaku anak muda yang juga berbeda dibanding era sebelumnya, termasuk karena pengaruh media sosial dan internet yang luar biasa.
"Mental health harus benar-benar diperhatikan, agar kita bisa mengatasi tantangan soal rasa depresi, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, hingga merasa kesepian," ujarnya.
Meski diliputi beragam tantangan, Deni optimistis anak-anak muda di Jatim dapat terus bangkit dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
"Anak muda harus adaptif, merespons zaman; itulah kunci daya saing. Pemprov Jatim harus memfasilitasinya dengan pendidikan yang berkualitas dan gratis, penguatan karakter, dan pengelolaan mental health yang baik," tutup Deni.