Survei Litbang Kompas Pilgub Sumsel 2024, Bagaimana Pengaruh Alex Noerdin?
KOMPAS.com - Nama mantan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sumsel. Selain pernah dua periode menjabat gubernur Sumsel, Alex Noerdin dua periode menjadi bupati Banyuasin.
Lantas bagaimana pengaruh Alex Noerdin dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel 2024?
Dalam Survei Litbang Kompas Pilgub Sumsel 2024, Alex Noerdin memiki sejarah berkompertisi dengan Herman Deru.
"Kemanakah pemilih Alex (akan berlabuh?) Posisi Alex Noerdin tentunya punya simpatisan dan loyalis di Golkar. Namun persoalannya tidak mudah," ujar Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Jumat (15/11/2024).
Toto menilai, masalah utama di Pilgub Sumut adalah kekuatan utama petahana yang memiliki kemampuan serangan darat lebih baik.
Sejak awal pasangan petahana, Herman Deru-Cik Ujang menyetting mengamankan posisi periode kedua pemerintahan. Karena itulah mereka bisa menyentuuh sampai ke tingkat keluarga.
Bahkan dari Survei Litbang Kompas terlihat bagaimana pemilih Partai Golkar yang notabene pendukung Alex Noerdin, mayoritas memilih pasangan Herman Deru-Cik Ujang.
Padahal saat ini, Golkar adalah partai pengusung pasangan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati.
Toto menjelaskan, 62,2 persen pemilih Golkar memilih Herman Deru-Cik Ujang. Kemudian pasangan Eddy Santara putra-Riezky Aprilis meraih 5,4 persen, dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati 21.6 persen. Adapun yang belum menentukan pilihan sebesar 10,8 persen.
"Herman Deru sudang mengacak-ngacak suara Golkar," ucap dia.
Survei melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan Litbang Kompas dari tanggal 2-7 November 2024.
Sebanyak 400 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Sumatera Selatan.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, “margin of error” penelitian +/- 4,90 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.
Survei dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas (PT. Kompas Media Nusantara).