Susu Ikan Bakal Didorong Masuk ke Program MBG, Ini Alasannya

Susu Ikan Bakal Didorong Masuk ke Program MBG, Ini Alasannya

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mendorong produk susu ikan untuk masuk ke program menu makan bergizi gratis (MBG). Perlu diketahui, program andalan Presiden Prabowo Subianto ini akan mulai bergulir pada awal 2025.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Dirjen PDSPKP) KKP Budi Sulistyo mengatakan pihaknya terus mendorong agar produk susu ikan menjadi mitra Badan Gizi Nasional (BGN). Bahkan, dia juga mengaku KKP telah memperkenalkan susu ikan ke masyarakat.

“Kami dorong ke sana [susu ikan masuk ke menu MBG]. Jadi nanti para pelaku usaha yang datang. Kami selalu berkomunikasi dengan pelaku usaha supaya aktif, bagaimana mitra BGN ini menjadi bagian dari kemitraan mendukung MBG,” ujar Budi saat ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Budi menyatakan KKP siap mendukung penuh program MBG, di mana ikan sebagai menu protein utama. Di samping susu ikan, Budi mengaku pihaknya juga mendorong semua produk perikanan agar masuk ke menu MBG.

Padanya, Budi menyebut produk perikanan mengandung protein yang tinggi untuk perkembangan otak.

“Kami dorong semua produk-produk perikanan. Karena kita perlu protein yang kuat, protein hewani, khususnya protein ikan. Untuk mendukung perkembangan otak, ketahanan tubuh, dan semuanya,” jelasnya.

Terlebih, Budi mengungkap hasil serapan ikan dari nelayan juga cukup tinggi, bahkan mampu melakukan perdagangan ekspor. Begitu pula dengan serapan industri, dia menyebut sekitar 80% bahan industri dipasok dari hasil tangkapan nelayan.

Sebelumnya, Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono menyatakan susu ikan akan menjadi salah satu alternatif untuk masuk ke menu MBG pada tahun depan.

“Susu ikan satu alternatif, itu bagian dari inovasi karena kebutuhan susunya kan tinggi sekali,” ujar Trenggono.

Menurutnya, ikan kecil yang ditangkap nelayan bisa diolah menjadi ekstrak tepung susu ikan. Selain itu, Trenggono menyampaikan bahwa kandungan protein dari susu ikan juga sangat tinggi.

“Ikan-ikan yang kecil-kecil itu kita bisa ekstrak menjadi tepung, kemudian berubah menjadi susu. Dan itu kandungan proteinnya sangat tinggi, jadi itu satu alternatif,” terangnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, pakar perikanan sempat memperkirakan pelaku usaha akan dengan sendirinya mengikuti memproduksi susu ikan, jika pasar dapat menerimanya dengan baik.

Pengamat Ekonomi Kelautan dan Perikanan Suhana memandang, pemerintah perlu meyakinkan pasar akan produk inovasi ikan. Di tahap awal, misalnya, pemerintah dan pemerintah daerah bisa mengalokasikan anggaran untuk mengkampanyekan konsumsi ikan melalui produk susu ikan.

“Memang perlu waktu untuk bisa menyakinkan pasar, apalagi produk baru seperti ‘susu’ ikan ini,” kata Suhana kepada Bisnis.

Menurutnya, apabila pemerintah mensosialisasikan produk susu ikan beserta keunggulannya, maka tidak menutup kemungkinan produk ini bisa diterima masyarakat, sama seperti susu pada umumnya.

“Pemerintah perlu lebih serius untuk mengembangkan produk inovatif dari para pelaku perikanan dalam negeri ini,” tuturnya.

Kendati demikian, dia menyampaikan bahwa sejatinya kehadiran produk susu ikan bukan untuk menggantikan susu sapi, melainkan menjadi pelengkap untuk dapat mengakomodir kebutuhan anak-anak Indonesia dengan masalah intoleransi laktosa agar tetap tercukupi kebutuhan protein hariannya.

“Jadi susu ikan ini bukan sejenis susu sapi, ya, tapi minuman berprotein yang berbahan baku dari ikan yang karakteristiknya menyerupai susu,” terangnya.

Sumber