Tak Ada Nama Jokowi dan Gibran di Susunan Pengurus Partai Golkar

Tak Ada Nama Jokowi dan Gibran di Susunan Pengurus Partai Golkar

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada kejutan dalam susunan kepengurusan Partai Golkar periode 2024-2029 yang dipimpin oleh Bahlil Lahadalia.

Presiden Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya, Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming Raka, yang digadang-gadang bakal menjadi kader Golkar, tidak masuk dalam susunan pengurus yang diumumkan Bahlil pada Kamis (7/11/2024) kemarin.

“Sampai dengan hari ini, kami menyampaikan bahwa nama Bapak Presiden ke-7 yaitu Bapak Presiden Jokowi tidak dalam kepengurusan, baik Dewan Kehormatan, Dewan Pembina maupun dalam struktur. Termasuk, Mas Wapres (Gibran),” kata Bahlil, Kamis.

Pasalnya isu Jokowi akan merapat ke Golkar sudah lama beredar. Kala itu, Jokowi diisukan akan menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Golkar.

Isu ini santer muncul di awal 2024 dan kembali menguat di tengah-tengah pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) XI Golkar, pertengahan Agustus lalu.

Akan tetapi, dalam struktur dewan Partai Golkar, Bahlil membacakan bahwa posisi Ketua Dewan Pembina Partai Golkar diisi Agus Gumiwang Kartasasmita. Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar diisi Aburizal Bakrie.

Bahlil mengaku mendengar rumor Jokowi dan Gibran akan bergabung Golkar tersebut justru dari awak media yang menanyakan kepadanya.

Di sisi lain, ia mengaku senang jika ke depannya Presiden ke-7 RI dan putra sulungnya itu mau bergabung ke Partai Golkar.

“Tapi, kalau doa teman-teman terus, ya wallahu a’lam,” ujarnya.

Banyak aspirasi

Lebih lanjut, Bahlil mengeklaim banyak kadernya yang memberi aspirasi agar Presiden Joko Widodo bergabung menjadi kader partai berlambang pohon beringin itu.

Menteri ESDM itu mengatakan bahwa Jokowi merupakan tokoh bangsa. Akan tetapi, menurutnya, tidak semua aspirasi bisa diterima, termasuk menjadikan Jokowi kader Partai Golkar.

"Pak Presiden ini kan Bapak Presiden yang ketujuh ini kan pasti punya pertimbangan-pertimbangan. Tidak semua aspirasi kan bisa diterima," ucap Bahlil.

Dia menekankan bahwa Golkar adalah partai terbuka yang menerima siapa pun yang ingin menjadi bergabung masuk partainya.

Partai Golkar, kata Bahlil, sangat terbuka dan tidak mengenal perbedaan suku, agama, dan ras. Oleh karenanya, siapa pun bisa bergabung asalkan sudah memenuhi syarat.

"Jadi siapa saja karena Golkar ini kan inklusif. Tidak mengenal suku. Tidak mengenal agama. Tidak mengenal asal dari mana. Selama dia warga negara Indonesia yang sudah berusaha dengan senang hati kalau mau jadi kader Partai Golkar," ujar Bahlil.

Bahlil juga mencontohkan dirinya yang merupakan keturunan suku Papua, tetapi kini bisa memimpin Partai Golkar.

Menurut dia, dirinya sendiri adalah bukti inklusivitas dan nasionalisme Partai Golkar. Dia juga mengajak banyak orang bergabung partainya.

“Coba bayangkan partai mana di republik ini yang ketumnya dari Papua, baru Golkar kan. Itu menunjukkan bahwa partai kami adalah partai yang nasionalis. Sudah ada ketum kami dari Aceh, Jawa, Sulawesi dan sekarang Papua,” kata Bahlil.

“Jadi, silahkan saja masuk Golkar, semakin banyak semakin bagus,” ujar Bahlil melanjutkan.

Sinyal Jokowi nyaman di Golkar

Sebelumnya, Jokowi sudah kerap kali melempar kode bahwa ia punya hubungan yang baik dengan Partai Golkar.

Sinyal kemeseraan Jokowi dengan Partai Golkar juga semakin terpampang ketika Jokowi mengenakan kemeja kuning, warna kebesaran Golkar, saat menghadiri penutupan Munas XI Golkar di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada 21 Agustus 2024.

Bahkan, dalam pidatonya di Munas XI Jokowi mengaku merasa nyaman berada di dekat pohon beringin.

"Kalau di bawah pohon beringin betul-betul bawaannya adem dan sejuk. Berada di dekat pohon beringin, dekat pohon beringin membuat kita lebih teduh," ujar Jokowi ketika itu.

Mantan gubernur DKI Jakarta menyebut dirinya senang karena Golkar merupakan partai yang terbuka untuk siapa saja.

Jokowi lantas berseloroh, jika diibaratkan perusahaan bisnis, maka Golkar bisa disebut perusahaan Tbk atau terbuka.

Keterbukaan itu juga tampak dari para ketua umum Partai Golkar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Artinya Partai Golkar ini Indonesia banget, dan jangan lupa malam hari ini saya pakai kuning. Pluralisme Golkar betul-betul sangat terjaga, sangat harmonis itu yang menurut saya membuat Golkar lebih teduh dari yang lain," ujar Jokowi.

Namun, meksi sinyal-sinyal sudah sering diberikan, Jokowi rupanya belum juga resmi bergabung ke Partai Golkar.

Teka-teki mengenai partai politik mana yang akan menjadi kendaraan politik Jokowi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden pun belum terjawab.

Sumber