Tak Ada Taman, Anak-anak Petojo Binatu Main di Atas Jembatan
JAKARTA, KOMPAS.com - Padatnya permukiman warga dan gedung perkantoran tidak menyisakan tempat bagi anak-anak di Petojo Binatu, Gambir, Jakarta Pusat, untuk bermain.
Anak-anak ini terpaksa bermain bola di atas jembatan yang menghubungkan Jalan Petojo Binatu Gang 3 dengan Jalan Sekolah.
Rumah-rumah warga langsung bersebelahan dengan anak sungai dari Kali Krukut.
Diperkirakan, jarak dari atas jembatan ke permukaan air 3-5 meter. Belum lagi ke dasar kali yang tidak terlihat karena keruhnya air akibat lumpur dan sampah.
Di sepanjang tepi kali juga tidak terlihat dinding atau pagar pembatas agar warga bisa berjalan di pinggiran kali.
Sementara, di seberang jembatan penuh dengan mobil dan truk yang berlalu lalang. Kendaraan terpantau cukup padat karena wilayah Petojo dan sekitarnya dikepung oleh kompleks perkantoran.
Meski jalan raya bernama Jalan Sekolah ini cukup lebar, satu ruas jalannya dipakai sebagai tempat parkir mobil dan truk atau mobil pikap.
Akibatnya, kendaraan dari Jalan Hasyim Asyari dan Jalan Suryopranoto harus masuk bergantian karena ruas jalan ini digunakan untuk dua arah.
“Iya, enggak ada tempat. Paling (anak-anak main) di sini saja (di jembatan),” ujar warga bernama Tuti Sumiati (52) saat diwawancarai Petojo Binatu, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (6/12/2024).
Tuti yang lahir di RT 11 ini mengatakan, di sekitar Petojo Binatu memang tidak terdapat taman atau ruang terbuka sebagai tempat main anak-anak.
“Enggak (ada taman). Kasihan juga makanya kalau anak-anak mau main,” imbuh Tuti.
Ketika berada di lokasi, sekitar empat atau lima anak laki-laki terlihat bermain bola di atas jembatan.
Salah satu yang badannya agak berisi mengambil posisi di ujung jembatan, bertindak seperti kiper, atau kata anak itu, Maarten Paes.
Sesekali, anak laki-laki yang memakai jersey biru tua lengan panjang ini melompat ke kanan dan kiri hendak mengamankan bola putih yang ditendang kawannya.
Lokasi anak ini hanya berjarak beberapa langkah dari anak tangga untuk naik turun jembatan.
Beton berwarna abu yang dipijak anak-anak ini terbilang masih mulus. Sehingga, ketika mereka berlarian, tidak terdengar derap suara kaki mereka.
Namun, gerimis sejak pagi tadi membuat jembatan lebih licin.
Bosan bermain bola, anak-anak yang kemudian pergi shalat Jumat ini berlarian menyusuri pinggir kali. Mereka terlihat melintas ke jembatan merah yang terpaut lima meter dari tempat mereka main bola tadi.
Pada jembatan merah dari lapisan seng dan berangka besi, langkah anak-anak ini terlihat lebih pelan dan hati-hati.
“Malam anak-anak mainnya di tanggul,” ujar warga lainnya, Sri (51) ketika dimintai keterangan di hari yang sama.
Sri yang juga warga asli Petojo Binatu menjelaskan, ‘tanggul’ ini merujuk pada ruas jalan di samping jembatan alias Jalan Sekolah.
“Itu jalanan disebutnya tanggul. (Anak-anak) pada main bola, ya biasalah, yang bawa mobil pada prit prit prit (menekan klakson). Ya kita (orang dewasa) panggil (peringatkan anak-anak), ’eh minggir!’,” imbuh Sri.
Jalan Sekolah biasanya ramai ketika malam, apalagi jika sudah masuk bulan puasa dan lebaran.
“Apalagi kalau puasa, ramai di sini mah. Yang jualan, sahur juga jualan. Orang-orang pada main, anak-anak kecil,” lanjut dia.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, di Petojo Binatu memang tidak terdapat ruang terbuka semacam taman. Jalan-jalan di sepanjang kawasan ini dipadati rumah warga.
Setiap ada satu ruas jalan yang agak lebar, terdapat beberapa gang kecil lagi di dalamnya. Dinding rumah warga juga berdempetan satu sama lain.
Bahkan, masjid dan mushala untuk shalat juga menyempil di tengah padatnya permukiman.
Jika berjalan dari jembatan tempat anak main bola tadi, lurus dan menyusuri ruas jalan yang paling lebar, akan menembus ke Jalan Kaji yang dilintasi dengan mobil dan truk.
Di seberang jalan ini, berjejer gedung perkantoran dengan kesibukannya masing-masing.
Area bermain terdekat baru ditemukan di sebuah bangunan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Jalan Petojo Binatu 1. Namun, di sana hanya ada dua ayunan kecil.
Lokasi ini bersebelahan dengan tempat pembuangan sampah. Wahana permainan justru diduduki oleh petugas kebersihan setempat.
Belum lagi jalanan di lokasi ini yang becek karena bekas sampah dan baunya juga kurang sedap.
Sementara, Jalan Petojo Binatu 1 merupakan ruas jalan terakhir sebelum ke jalan raya yang menghubungkan kawasan Gajah Mada dengan Roxy, Cideng.
Untungnya, di ruas jalan ini tidak ditemukan anak-anak yang bermain di pinggir jalan yang bisa membahayakan mereka.