Tak Mampu Mengontrak Rumah Jadi Alasan Warga Pilih Tinggal di Kolong Jembatan Pakin

Tak Mampu Mengontrak Rumah Jadi Alasan Warga Pilih Tinggal di Kolong Jembatan Pakin

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa orang warga mengaku tak mampu mengontrak rumah dan memilih tinggal di Kolong Jembatan Pakin, Pademangan, Jakarta Utara.

"Mau mengontrak rumah enggak ada uang," ucap Miah (60) saat ditemui di lokasi, Jumat sore, (8/11/2024).

Miah tinggal di bawah kolong jembatan bersama suaminya yang juga sudah lansia.

Mereka mendirikan bedeng yang terbuat dari kayu dan triplek untuk berteduh di bawah kolong jembatan.

Miah mengaku, sudah tinggal selama puluhan tahun di bawah Kolong Jembatan Pakin.

Penghasilan suaminya yang tak menentu, membuat Miah tak mampu mengontrak rumah dan mau tidak mau menghabiskan masa tuanya di bawah kolong jembatan.

Suami Miah yang sudah lansia hanya berprofesi sebagai tukang parkir.

"Suami markir di ruko, paling dapat uang Rp 30.000 - Rp. 40.000 enggak cukup, buat bayar air," kata Miah.

Pendapatan yang hanya Rp 30.000, kata Miah, hanya cukup untuk membeli makan dan membeli air bersih.

Karena tinggal di bawah kolong jembatan, setiap harinya, ia harus membeli air untuk mandi dan memasak.

Satu pikul air, biasanya Miah beli dengan harga Rp 5000. Sementara dalam sehari, ia dan suamimya membutuhkan dua pikul air.

KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Area masuk pemukiman warga di Kolong Jembatan Pakin, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (8/11/2024).

Untuk membeli air dalam sehari saja Miah menghabiskan uang Rp 10.000. Di sisi lain, ia hanya bergantung hidup hanya dari pendapatan suaminya saja.

Usia yang sudah semakin menua dan kondisi fisik yang makin menurun, membuat Miah tak bisa membantu suaminya untuk mencari uang.

Senasib dengan Miah, warga Kolong Jembatan Pakin lainnya bernama Jumiati (49) mengaku tak mampu mengontrak rumah karena penghasilan suaminya yang pas-pasan.

"Ya, gimana, ya, penghasilan bapaknya enggak cukup lah, anak kan sekolah," ucap Jumiati, Jumat.

Jumiati mengaku, suaminya hanya berprofesi sebagai tukang ojek online.

Dalam sehari, penghasilan suaminya Rp 100.000.

Namun, Jumiati mengatakan, uang Rp 100.000 hanya cukup untuk membeli makan dan ongkos anaknya sekolah.

"Ya, kalau sehari mah Rp 100.000 (pengeluaran) buat jajan ama ongkos anak sekolah," ucap dia.

Sumber