Tangis Ibu-ibu di Cilincing ke Menteri Komdigi, Rumah Tangga Hancur akibat Suami Kecanduan Judol dan Terjerat Pinjol
JAKARTA, KOMPAS.com - Bahaya laten judi online (judol) telah merusak kehidupan rumah tangga dua ibu rumah tangga di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, yaitu Nur Afifah dan Puspita.
Di hadapan Menteri Komunikasi dan Informatika (Komdigi) Meutya Hafid, keduanya menangis saat menceritakan perilaku suami mereka masing-masing yang sama-sama kecanduan judol.
Nur Afifah mengungkapkan, kehidupan rumah tangganya memburuk setelah sang suami kecanduan judol.
"Suami saya sendiri ditahan gara-gara judi online, handphone, TV, semua habis sampai ditagih utang," kata Nur Afifah saat menghadiri kunjungan kerja Meutya Hafid di RPTRA Intiland, Semper Barat, dilansir dari TribunJakarta.com, Selasa (12/11/2024).
Akibat kecanduan judol, suami Nur Afifah tak lagi memberikan nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bukannya memberikan nafkah, sang suami malah menumpuk banyak utang yang pada akhirnya tak lagi sanggup dibayarkan. Mirisnya lagi, tagihan semua utang sang suami menggunakan nama Nur Afifah.
"Jadi pakai nama saya bu, saya yang nanggung malu, aib. Sampai sekarang putus kerja, dikeluarin dari kerjaan, dulu punya gaji, sekarang enggak punya," kata Nur Afifah sambil menangis.
Sementara itu, Puspita mengaku terpaksa bercerai dengan sang suami yang kecanduan judol.
Sebelum bercerai, Puspita kerap bertengkar hebat dengan sang suami yang terjerat pinjaman online (pinjol) untuk dipakai judol.
"Lama-lama menafkahi keluarga seenaknya. Terus ujung-ujungnya pinjol," jelas Puspita.
Sama seperti Nur Afifah, data pribadi Puspita digunakan suaminya untuk pinjol pascakalah judol.
Puspita menangis karena harus menanggung semua utang-utang suaminya akibat pinjol dan judol.
"Data saya yang dipakai, jadi saya yang dikejar debt collector," keluh Puspita.
Mendengar cerita dari Nur Afifah dan Puspita, Meutya Hafid merasa sangat bersedih. Ia mengatakan bahwa praktik judol kini telah merambah berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial.
Mantan jurnalis ini mengajak warga untuk saling mengingatkan mengenai dampak buruk judol, karena seefektif apa pun alat pencegahan yang ada, hal tersebut tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif masyarakat.
"Ini kan judi online, pinjaman online ini kan sampai ke ranah, masuk di kamar, di ruang sangat privat. Jadi mau tidak mau kita harus melibatkan masyarakat, khususnya ibu-ibu. Toh ibu rumah tangga ini yang paling banyak juga merasakan," kata Meutya.
Lebih lanjut, Meutya memastikan bahwa Komdigi akan terus mengunjungi masyarakat untuk memberikan edukasi dan pelatihan literasi digital guna mencegah judol.
Langkah ini diambil karena semakin banyak masyarakat Indonesia yang terjebak dalam judol.
"Namun demikian tidak tertutup pada ibu-ibu saja. Kita menggalang seluruh tokoh-tokoh masyarakat, agama. Bukan seluruh, tapi perwakilan dari agama. Itu kita libatkan juga tokoh-tokohnya," pungkas Meutya.
(Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Tangisan Ibu-ibu Cilincing ke Menkomdigi Meutya Hafid Curhat Suami Kena Judol, Tak Bisa Beri Nafkah)