Target Optimistis IHSG Capai 8.185 pada 2025, Intip Rekomendasi Sahamnya!
Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan penuh tantangan dari kebijakan Presiden AS Donald Trump jilid kedua pada 2025.
Namun demikian, valuasi yang ditawarkan IHSG kepada investor disebut masih menarik sehingga analis melihat IHSG berpotensi menyentuh 8.185 tahun depan.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menargetkan bahwa IHSG untuk skenario optimistis akan berada di level 8.185 pada 2025.
"Kami menargetkan IHSG di 2025 dalam skenario bullish dengan target awal berada di 7.820 dan target optimistis di level 8.185, sedangkan dengan skenario bearish berada di 6.850," katanya saat ditanyai Bisnis, Senin (9/12/2024).
Dia mengatakan bahwa pasar saham Indonesia memiliki peluang dan tantangan pada tahun depan. Penghambat gerak IHSG berasal dari penguatan dolar AS akibat ekspektasi inflasi tinggi setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS.
Hal itu pun akan membuat Bank Sentral AS (The Fed) bersikap hawkish ke depannya.
"Meskipun demikian, pasar saham Indonesia masih menarik karena memiliki valuasi yang relatif lebih murah dibandingkan rata-rata indeks Asia Pasifik lainnya atau rata-rata 5 tahun terakhir dari sisi perhitungan PE dan PBV," ujarnya.
Sukarno menunjukkan asumsi Produk Domestik Bruto (PDB) akan tumbuh di kisaran 5% - 5,1% pada 2025. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan didukung dari permintaan konsumsi domestik yang kuat, proyeksi inflasi terkendali 2,7%, dan kebijakan fiskal yang efektif.
Selain itu, data pengangguran sebesar 5% dan proyeksi potensi penurunan suku bunga BI menjadi 5% menjadi peluang untuk penguatan IHSG pada 2025.
Sukarno juga mengingatkan beberapa kunci yang mendorong kinerja investasi tahun depan a.l. konsumsi domestik yang kuat, keberlanjutan pembangunan infrastruktur nasional dan langkah-langkah reformasi struktural untuk meningkatkan iklim usaha, investasi, serta daya saing.
Dari sisi produksi, Sukarno memprediksi sektor manufaktur bisa tumbuh menguat pada 2025 dengan mulai beroperasinya beberapa proyek investasi pada 2025.
Adapun, Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai Self Regulatory Organization (SRO) juga disebut bisa membuat pasar modal kembali bergairah, seperti memberikan stimulus penurunan biaya masing-masing setiap SRO dalam hal transaksi agar meningkatkan transaksi saham.
"Selain itu menyediakan pusat data informasi dan analisis setiap instrumen untuk memudahkan pelaku pasar dalam mengambil keputusan dengan cepat," ucapnya.
Kiwoom Sekuritas melihat ada peluang imbal hasil menjanjikan di saham-saham yang dengan harga yang cenderung undervalued seperti AADI, ANTM, BBRI, EXCL, ICBP, INKP, JPFA, JSMR, PTBA, TLKM dan UNTR.