Tari Topeng Ireng dari Magelang: Cerita, Fungsi, dan Properti
KOMPAS.com - Tari Topeng Ireng berasal dari Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Wilayah tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Tari Topeng Ireng pada sekitar tahun 1950.
Tarian tersebut digemari masyarakat, selain mengiringi tradisi setempat juga sebagai ekspresi penarinya.
Ada beberapa versi cerita tari Topeng Ireng.
Salah satunya, tari Topeng ireng menceritakan sekelompok prajurit gagah yang berkamuflase melawan penjajah Belanda pada saat itu.
Untuk itu penampilan penari dalam pentas sangat energik dan percaya diri.
Versi lain menceritakan, dahulu tari Topeng Ireng dipercaya merupakan peninggalan salah salah satu wali sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam.
Sehingga, keberadaan tari Topeng Ireng kerap digunakan dalam berbagai tradisi yang terkait dengan agama Islam.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pada tahun 1989, tari Topeng Ireng mulai masuk ke dalam tari kreasi baru yang memadukan syair agama Islam dan ilmu bela diri pencak silat.
Nama Topeng Ireng berasal dari kata "Toto Lempeng Irama Kenceng", yang artinya penari harus berbaris lurus dalam irama keras serta penuh semangat.
Tari Topeng Ireng memiliki beragam fungsi.
Keberadaan tari Topeng Ireng yang dipercaya sarana penyebaran agama Islam sering digunakan untuk mengiringi tradisi umat muslim, seperti kirab kubah sebelum dipasang di atas masjid.
Kubah akan diarak keliling desa bersama tarian diiringi dengan rebana dan syair puji-pujian.
Fungsi lainnya, tari Topeng Ireng dianggap sebagai salah satu pertunjukkan rakyat yang masih hidup dan berkembang di tengah-tengah pedesaan.
Bagi masyarakat pedesaan, tari Topeng Ireng dianggap sebagai media hiburan dan penyaluran ekspresi bagi penarinya.
Cara tersebut dilakukan untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas pekerjaan.
Tari Topeng Ireng ditampilkan oleh sekitar 10 hingga 20 penari.
Pakaian yang digunakan dalam setiap pementasan mirip dengan suku Indian.
Penyebutan tersebut karena dalam setiap tarian, penari menggunakan mahkota besar yang disebut ‘kuluk’ dari bulu ayam di atas kepala penari.
Langkah penari akan gemerincing dari rangkaian lonceng kecil-kecil yang terdapat di kaki.
Properti penari lainnya berupa, sepatu bot, pakaian rumbai berwarna-warni,dan bedak putih serta coretan hitam di wajah yang membuat makin percaya diri.
Kostum penari tari Topeng Ireng mirip dengan kostum suku Dayak, yang menyebabkan tari Topeng Ireng sering disebut Dayakan.
Sumber
magelangkab.go.id
journal.unnes.ac.id