Tawuran di Bassura Bak Penyakit Kronis yang Tak Kunjung Sembuh Bertahun-tahun
JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi tawuran kembali terjadi di Jalan Basuki Rachmat (Bassura), Jatinegara, Kamis (2/1/2025) dini hari. Akibat tawuran ini satu orang tewas terkena sabetan senjata tajam
Aksi perkelahian antarwarga ini seakan menggambarkan fenomena yang terus berulang dan tak juga bisa terselesaikan. Tawuran di Bassura ini juga seperti penyakit kronis yang tak kunjung sembuh selama bertahun-tahun.
Pada Januari 2024 lalu saja tercatat ada enam kali tawuran di Bassura. Tawuran di wilayah ini juga pernah terjadi pada Juli dan Agustus 2024.
Bahkan, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly sempat mengatakan, tawuran di wilayah ini sudah terjadi sejak sembilan tahun lalu.
Pemicu tawurannya pun terkadang sepele. Biasanya tawuran di Bassura dipicu aksi saling provokasi dan dendam yang sudah menahun.
Bahkan wilayah itu merupakan salah satu "zona merah" rawan tawuran di Jakarta Timur.
Penyebab tawuran di Bassura yang terjadi kemarin dipicu oleh aksi provokasi dari salah satu warga yang menembakan kembang api ke rumah warga lainnya.
Tembakan kembang api itu menyulut emosi warga lainnya hingga akhirnya tawuran kembali pecah.
Yuyun (30), seorang pedagang mainan di Pasar Gembrong, mengungkapkan bahwa suara kembang api tersebut memicu balasan dari warga hingga pukul 01.00 WIB.
"Tiba-tiba ada suara kembang api, lalu saling balaslah hingga pukul 01.00 WIB," ujar salah satu pedagang bernama Yuyun (30), saat ditemui di lokasi.
Tawuran di Bassura ini sempat berhenti. Namun kembali terjadi setelah sebuah motor dibakar.
"Pukul 01.30 berhenti, saat itu orang-orang lagi pada nongkrong tiba-tiba ada yang bakar motor warga. Yang dari sana (warga samping Bassura), mungkin enggak terima, akhirnya diserang lagi," kata Yuyun.
Satu orang tewas usai terkena sabetan senjata tajam saat terjadi tawuran di depan Mall Bassura.
"Menerima informasi tentang adanya orang meninggal karena tawuran di RS Premier Jatinegara sekira pukul 02.00 WIB," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Mendapat informasi itu, petugas dari Polres Metro Jakarta Timur dan Polsek Jatinegara langsung mengecek korban yang berada di IGD.
Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, korban diantar temannya yang mengaku menjadi korban pembegalan.
"Korban masuk ke RS Premier Jatinegara pukul 00.55 WIB dengan diantar oleh saksi E yang menurut keterangannya orang tersebut adalah korban begal. Kemudian diterima oleh saksi US untuk selanjutnya dibawa ke ruang IGD RS Premier Jatinegara," ungkap dia.
Namun, pukul 01.05 WIB korban dinyatakan meninggal dunia oleh dokter R Premier Jatinegara.
"Dinyatakan meninggal dunia oleh dokter jaga pukul 01.05 WIB. Sekitar pukul 04.00 WIB jenazah korban dibawa Ke RS Polri guna pemeriksaan lebih lanjut," ucap Ade Ary.
Tak hanya warga, tawuran di depan Mall Bassura ini juga merugikan pedagang di sekitar lokasi.
Salah satu pedagang burung di dekat tempat kejadian perkara (TKP) harus rela kehilangan dagangannya usai terjadi tawuran.
Sebab, ketika terjadi aksi tawuran burung yang berada di depan ruko menjadi saasaran kemarahan para pelaku tawuran.
Kandang-kandang burung sempat di acak-acak oleh kelompok warga yang melakukan tawuran di Bassura.
Salah satu pedagang burung, Alfin (30), harus merugi karena aksi tak terpuji itu.
Saat tawuran pecah, Alfin sedang berada di dalam toko burungnya.
"Di dalam toko nungguin dagangan, sampai kena gas air mata, perih banget. Enggak sempat ngeliat (tawuran), dagangan saya ada yang balikin, burung-burung pada terbang," ucap Alfin.
Alfin baru berani keluar toko usai polisi membubarkan tawuran. Dia langsung merapikan dagangannya yang berantakan usai terjadinya tawuran di Bassura.
"Tadi pagi banyak batu-batu berserakan di jalan. Saya keluar hanya merapikan dagangan yang kebalik," ungkap dia.
Polisi mengungkapkan, tawuran yang berulang kali terjadi di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Jakarta Timur, dipicu oleh dendam antara dua kelompok warga di Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur.
“Yang pasti penyebab utamanya (tawuran) itu saling dendam. Jadi para warga RW 01 dan RW 02 itu tidak ada yang mau mengalah,” ujar Kapolres Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly di Mapolda Metro Jaya, Senin (15/7/2024).
Dua kelompok warga tersebut kerap saling menantang. Bahkan, hal itu sudah terjadi selama bertahun-tahun.
“Mereka ini saling menantang, saling menghina satu dengan yang lain, itu penyebab utamanya. Ini juga sudah turun-temurun diturunkan,” tutur dia.
Nicolas mengeklaim, pihaknya telah berusaha meredam dan mengantisipasi tawuran dengan membangun pos pantau hingga memfasilitasi perjanjian damai. Namun, tawuran masih terjadi.
“Sudah dilakukan berbagai upaya, kami sudah membuat pos pantau, kami juga sudah membuat perjanjian damai antara mereka, tapi ya tetap saja,” ungkap dia.
Aksi keributan kelompok warga tersebut kerap kali dilakukan ketika polisi sedang lengah.
“Mereka memantau gerak-gerik kami juga. Saat polisi lengah contohnya, dalam arti polisinya pergi shalat ataupun terlambat datang. Nah, dia selalu memanfaatkan itu,” ucap Nicolas.
“Lalu, mereka juga kucing-kucingan. Misal kami perketat penjagaan pas sore, tapi mereka mainnya malam,” sambung dia.
Polisi menggelar deklarasi damai untuk mencegah tawuran antara warga RW 01 dan RW 02 Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur, kembali terjadi.
Deklarasi damai digelar usai tawuran di depan Mal Bassura pecah pada Minggu (28/1/2024) pagi.
"Kami melakukan langkah ini berdasarkan peristiwa tawuran yang terjadi antara warga RW 01 dengan RW 02," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly di lokasi kejadian.
"Agar kedua belah pihak sepakat untuk berdamai dan tidak mengulangi perbuatan mereka dalam bentuk tawuran atau apa pun," tambah dia.
Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur dan aparat keamanan akan memasang pagar pembatas untuk mencegah tawuran.
"Dari pihak pemerintah akan memfasilitasi untuk membangun pagar pembatas jalan di antara kedua RW," ungkap dia.
"Tempat kejadian perkara (TKP) yang sering terjadi di sini, yaitu taman, akan dibuat pagar mengelilingi taman itu," tambah Nicolas.
Selain itu, Pemkot Jakarta Timur juga akan memasang kamera closed circuit television (CCTV) dan menambah lampu penerangan di sekitar lokasi.
"Selanjutnya juga akan dipasang CCTV untuk memantau kedua warga dan juga penerangan," papar dia.
Terakhir, polisi akan membuat posko bersama dua RW untuk memantau aktivitas warga lebih dekat. Ia berharap, warga kedua RW memahami upaya itu dan tidak lagi tawuran.
"Kami berharap kedua warga memahami apa yang telah diambil ini dan melaksanakan," ungkap Nicolas.