Tekstil Babak Belur, Prospek Industri 6 Bulan ke Depan Diklaim Masih Cerah
Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai prospek industri pengolahan nonmigas atau manufaktur, termasuk tekstil masih cerah, meskipun dihadapi berbagai isu kepailitan, PHK massal hingga gempuran produk impor.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, penilaian tersebut didasarkan pada optimisme pelaku usaha yang mengalami peningkatan dan stabil di angka 73,3% atau naik 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Prospek IKI [indeks kepercayaan industri] sampai akhir tahun, kami sampaikan optimisme pelaku usaha untuk 6 bulan ke depan juga industri tekstil itu meningkat pada Oktober, optimisme dari pelaku industri, relatif meningkat," kata Febri, Kamis (31/10/2024).
Optimisme tersebut didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk kebijakan pemerintah baru yang akan mendukung kondisi pasar dan iklim produksi yang lebih baik, meskipun isu perlambatan perekonomian global diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun 2025.
Febri menjelaskan bahwa meskipun optimisme meningkat, masih terdapat pekerjaan rumah besar yang membayangi kinerja industri manufaktur, di antaranya persoalan impor, baik impor ilegal.
Tenaga ahli IKI mengingatkan bahwa deflasi yang secara terus menerus terjadi juga perlu diwaspadai, mengingat hal tersebut menunjukkan penurunan daya beli masyarakat yang tentunya akan memengaruhi permintaan dalam negeri.
Kendati demikian, Febri berharap tren penurunan suku bunga diharapkan akan semakin meningkatkan investasi dalam negeri dan meningkatkan pertumbuhan sektor industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
"Meningkatnya permintaan dalam negeri merupakan kunci pertumbuhan industri manufaktur untuk saat ini hingga beberapa bulan ke depan, selama ketidakstabilan kondisi global terjadi,” tuturnya.
Di samping itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2024 juga masih di level ekspansif mencapai 52,75 atau meningkat 0,27 poin dibandingkan dengan bulan lalu atau meningkat 2,05 poin dibandingkan dengan Oktober tahun lalu.
“Meningkatnya IKI bulan Oktober ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 22 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB industri manufaktur nonmigas triwulan II/2024 sebesar 97,7%," jelasnya.
Di samping itu, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, keyakinan pelaku usaha juga didorong langkah pemerintah yang telah mengeluarkan sejumlah regulasi perlindungan untuk beberapa subsektor. Misalnya, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 48/2024 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap Impor Produk Kain yang berlaku efektif 9 Agustus 2024.
"Safeguard kain ini jadi punya nilai kepastian untuk bergerak memproduksi di sektor intermediate. Sebentar lagi kita akan mempercepat perpanjangan BMTP garmennya," tuturnya.