Terjadi Lagi Kebakaran Rumah Kosong di Palangka Raya, Berulang Sejak September
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com - Teror kebakaran rumah di Palangka Raya kembali terjadi. Kali ini menghanguskan satu buah rumah kayu yang sudah berbulan-bulan ditinggalkan pemiliknya di Jalan Basir Jahan 5, Kelurahan Sabaru, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Api melalap bangunan itu pada Minggu (27/10/2024) malam pukul 23.30 WIB. Kepala Bagian Operasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Palangka Raya, Sucipto, mengatakan, objek terbakar merupakan rumah kayu berbentuk panggung dengan ukuran 6x8 meter.
“Di dalam bangunan ada aliran listriknya, saat kebakaran bangunan sudah dalam keadaan kosong kurang lebih selama tiga bulan,” ujar Sucipto dalam keterangan tertulisnya ketika dikonfirmasi awak media, Senin (28/10/2024).
Sucipto mengatakan, api yang melalap habis bangunan tersebut baru bisa padam setelah satu jam kejadian, yakni sekitar pukul 00.30 WIB.
Ihwal kronologi dan penyebab kebakaran, saat ini masih dalam penyelidikan pihak berwajib.
“Untuk kerugian kurang lebih puluhan juta rupiah, saat ini masih diselidiki pihak kepolisian penyebab kejadiannya,” ungkap Sucipto.
Polisi kembali melakukan penyelidikan atas penyebab kebakaran rumah kosong tersebut. Kebakaran kali ini menambah daftar rentetan kebakaran rumah kosong di Palangka Raya yang terjadi sejak awal September 2024 lalu.
Sebelumnya, Kepala Bidang Penyelamatan DPKP Kota Palangka Raya, Indra Abel mengungkapkan, dalam setahun terdapat 60 kejadian kebakaran di Palangka Raya, berdasarkan data DPKP tahun 2023.
“Kalau melihat per bulannya, berarti kejadian kebakaran rata-rata cuman 5-6 kejadian,” beber Indra kepada Kompas.com saat ditemui di kantornya, Palangka Raya, Selasa (22/10/2024).
Angka serupa juga terlihat pada kebakaran-kebakaran yang terjadi di tahun 2024 sebelum bulan September. Pihaknya terkejut ketika menyadari kasus kebakaran yang semakin masif sejak September 2024.
“September 2024 ada 19 kejadian, kemudian dari tanggal 1 Oktober hingga 22 Oktober sudah ada tujuh kejadian atau berada di atas rata-rata, bulan kemarin meningkat dua kali lipat lebih dari rata-rata,” jelas Indra.
Indra menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua penyebab kebakaran, yakni penyebab alami atau disengaja.
Berdasarkan hasil penyelidikan dari kepolisian pada kebakaran yang terjadi sejak September, terdapat kejadian yang mengindikasikan adanya dugaan kesengajaan berdasarkan analisis di lokasi kejadian, kendati di beberapa kasus juga ada karena penyebab alami seperti korsleting listrik.
“Kuat dugaan unsur kesengajaan itu misalnya seperti adanya kayu atau ban yang ditumpuk di bagian bangunan kosong, contohnya seperti pada kejadian di daerah Jalan Bukit Keminting, Jalan Bukit Raya, dan Jalan Batu Suli, September lalu,” sebut Indra.
Sementara pada bulan Oktober, kejadian yang diduga kuat adanya unsur pembakaran disengaja terjadi pada 13 Oktober lalu, di dua lokasi berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan, yakni di Jalan Rajawali VII dan Jalan Beliang.
“Ada ban yang disusun di bagian bawah dinding bangunan, seperti di rumah kosong Jalan Rajawali VII, itu sempat terbakar namun berhasil dipadamkan, sebagian terbakar,” ujarnya.
Pada kebakaran yang terjadi di Jalan Beliang, dia tidak dapat membeberkan indikasi kesengajaan yang terjadi. Sebab, kasus tersebut tengah diselidiki oleh aparat kepolisian.
“Sempat dipadamkan apinya, orang rumah juga ada di situ, beruntung berhasil diselamatkan,” ujar Indra.
Indra menjelaskan, perihal penyelidikan atas penyebab adanya kebakaran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum (APH), dalam hal ini Kepolisian Resor Kota (Polresta) Palangka Raya.
Dalam menyikapi kekhawatiran masyarakat terhadap adanya teror kebakaran, pihaknya sudah menggiatkan program sistem pengamanan keliling (siskamling) bersama masyarakat.