Tingkatkan Kesejahteraan 368 Petani, Lumbung Pangan di Sumut Jadi Kunci Ketahanan Pangan

Tingkatkan Kesejahteraan 368 Petani, Lumbung Pangan di Sumut Jadi Kunci Ketahanan Pangan

KOMPAS.com - Program lumbung pangan di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut) memberikan harapan peningkatan kesejahteraan bagi 368 petani di tiga desa, yakni Desa Hutajulu, Ria-ria, dan Parsingguran 1.

Program tersebut juga menjadi bukti bahwa masyarakat lokal mampu turut serta dalam menciptakan ekosistem pertanian yang produktif dan berkelanjutan, serta menciptakan kunci ketahanan pangan.

Juru Bicara (Jubir) Kantor Komunikasi Kepresidenan Dedek Prayudi menyampaikan tiga alasan yang menjadikan program pembangunan lumbung pangan hortikultura di Humbang Hasundutan, Sumut, kunci untuk mencapai ketahanan pangan.

“Pertama, adanya faktor bahwa Indonesia mengalami defisit lahan pertanian yang setidaknya mencapai 40.000 hektar (ha) tiap tahunnya. Kedua, pertambahan jumlah penduduk Indonesia (yang mencapai) kurang lebih 3 juta penduduk per tahun.” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/12/2024).

Ketiga, lanjut dia, terdapat ketidakstabilan geopolitik, sehingga suplai bahan pangan masih bergantung pada impor. Sedangkan, India yang menjadi salah satu negara pengekspor beras untuk Indonesia, telah melarang atau membatasi ekspor beras dan beberapa komoditas lain.

“Hal tersebut tentu akan berdampak ke inflasi dalam negeri, sehingga Indonesia butuh kemandirian pangan,” lanjutnya.

Sebagai informasi, lumbung pangan tersebut dibangun di atas lahan yang telah dilakukan land clearing seluas 435,08 hektare (ha). Skema pengerjaan lumbung pangan tersebut melibatkan proses yang beragam, mulai dari pembuatan lahan untuk keperluan riset, penyediaan lahan yang bekerjasama dengan swasta, hingga pemanfaatan lahan swadaya milik masyarakat dengan memberdayakan masyarakat setempat.

Dampak program lumbung pangan bagi masyarakat Humbang Hasundutan

Salah satu petani Desa Ria-ria, John Les Lumbuun, mengaku telah menggarap lahan pertaniannya ketika program tersebut baru dimulai di Humbang Hasundutan pada 2020. Fokus utama pertaniannya adalah budidaya kentang granola serta rotasi tanaman lainnya.

Saat ini, John berhasil melakukan pertanian mandiri dengan harga jual kentang granola yang kompetitif, yakni mencapai Rp 8.000 per kilogram (kg). Harga tersebut lebih tinggi dari harga kentang industri.

Dengan rotasi berbagai tanaman seperti jagung, kubis, dan kentang, dia tidak hanya dapat menjaga kualitas tanah, tetapi juga meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan.

Sementara itu, salah seorang petani lahan kentang industri, Laos Marune Rumabutar, menegaskan bahwa lumbung pangan tersebut tidak hanya sekadar menjadi proyek pertanian, tetapi juga memberikan harapan lapangan pekerjaan bagi warga setempat.

"Ini adalah harapan kami. Kami ingin ini terus maju, agar kami tak lagi (sulit) mencari pekerjaan, biar disini saja, enak,” ungkapnya.

Sumber